Dubes Zomlot: Pembukaan Kedutaan AS di Yerusalem Berlakunya Rezim Apartheid Israel

Washington, MINA – Kepala Delegasi Organisasi Pembebasan (PLO) untuk Amerika Serikat (AS), Duta Besar (Dubes) Husam Zomlot, Senin (14/5), memperingatkan bahwa pembukaan Kedutaan Besar AS di mengantar pada era rezim apartheid .

“Hari ini akan turun dalam sejarah sebagai hari AS mendorong Israel untuk menyeberangi garis ke arah apa yang telah banyak diperingatkan oleh para pemimpin AS dan internasional, memberlakukan rezim apartheid secara penuh,” kata Zomlot dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan Kantor Berita Palestina, WAFA.

“Realitas telah berevolusi menjadi sistem yang mengistimewakan satu kelompok dan terus menolak hak asasi manusia dan nasional, yang diakui oleh hukum internasional, bagi lebih dari 12 juta warga Palestina,” tegasnya.

Duta besar Palestina itu mengatakan, langkah ini menandai berakhirnya sebuah era ketika AS memimpin upaya internasional untuk mencapai solusi dua negara, mengakhiri pendudukan Israel yang dimulai pada 1967 termasuk Yerusalem Timur.

“Sejak tahun 1991, jutaan orang Palestina berharap bahwa AS berkomitmen untuk perdamaian, terutama sebagaimana terlihat dalam jaminan tertulis dari Amerika Serikat untuk menerapkan resolusi internasional dan menghormati masalah Yerusalem sebagai masalah status terakhir,” ujarnya.

Sebaliknya, lanjut Dubes Zomlot, Pemerintah AS telah bertindak dengan cara yang memecah-belah, menghilangkan dirinya dari peran pembawa perdamaian, dan menempatkan beban penuh di belakang minoritas pasukan anti-perdamaian yang percaya pada zero-sum game, sementara memperdalam ketidakpastian yang sudah mendalam dan kecemasan di Palestina dan sekitarnya.

“Tindakan ini tidak hanya meniadakan sejarah dan realitas yang hidup dari seluruh bangsa, seperti yang kita peringati minggu ini 70 tahun Nakbah, atau Bencana, itu juga menolak sentralitas Yerusalem dalam kehidupan jutaan orang Kristen dan Muslim Palestina,” imbuhnya.

Zomlot menyimpulkan bahwa tragisnya, pemerintah AS telah memilih untuk berpihak pada klaim ekslusifis Israel atas sebuah kota yang selama berabad-abad telah sakral bagi semua agama. Langkah Kedubes AS saat ini memberikan kehidupan pada konflik agama dan bukannya perdamaian yang bermartabat.

“Kami tidak akan menyerah pada keyakinan kami bahwa perdamaian dapat dicapai. Kami akan membela hak-hak kami yang disahkan secara internasional, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri di sebuah negara independen berdaulat Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Kami tidak akan menyimpang dari kerja selama puluhan tahun dengan mitra internasional kami untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik untuk semua orang di wilayah ini,” tambahnya.(T/R01/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0