Los Angeles, MINA – Sejumlah aktor dan selebriti, seperti Billie Eilish, Ramy Youssef, Mark Ruffalo memakai aksesori pin merah yang menandakan seruan gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina, di ajang Piala Oscar atau Academy Awards ke-96 yang digelar pada Ahad (10/3) atau Senin (11/3) waktu Indonesia.
Tak luput sejumlah sutradara, produser hingga penulis naskah juga mengenakan pin merah pada pakaian mereka saat mereka berjalan di karpet merah Piala Oscar 2024 di Dolby Theatre, Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS).
Pin merah dengan desain yang menampilkan satu tangan memegang hati, merupakan simbol dari gerakan Artist for Ceasefire, gerakan figur Hollywood yang mendesak adanya gencatan senjata di Gaza, MEMO melaporkannya.
Sebelum Piala Oscar 2024, sederet selebritis Hollywood juga sudah menggunakannya pada event-event besar internasional lainnya.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Pin tersebut mewakili keberpihakan para peserta gerakan Artists4Ceasefire, terdiri dari sekelompok selebriti dan anggota industri hiburan yang menandatangani surat terbuka untuk mendesak Presiden AS Joe Biden menyerukan gencatan senjata.
Hampir 400 penandatangan termasuk Bradley Cooper dan America Ferrera, yang keduanya merupakan nominasi Oscar tahun ini, serta Cate Blanchett, Drake, Ben Affleck dan Jennifer Lopez.
Tampak Billie Eilish dan kakanya Finneas O’Connel tampil mengenakan pin merah, juga Mahershala Ali, Mark Rufallo, Ava DuVernay, Rami Youssef dan Riz Ahmed juga tidak ketinggalan menyatakan dukungannya kepada Palestina.
Sementara diwaktu yang sama, ratusan pengunjuk rasa pro-Palestina berbaris di luar Teater Dolby menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Dalam sebuah pernyataan, kelompok Artists4Ceasefire tersebut mendesak Presiden AS Joe Biden dan pemerintahannya untuk menyerukan “segera deeskalasi dan gencatan senjata di Gaza dan Israel sebelum ada korban jiwa lagi.”
Setengah dari dua juta penduduk Gaza adalah anak-anak, dan lebih dari dua pertiganya adalah pengungsi dan keturunan mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka, kata pernyataan itu.
Kelompok Artists4Ceasefire percaya bahwa AS “dapat memainkan peran diplomatik yang penting dalam mengakhiri penderitaan.”
“Kami menambahkan suara kami kepada Kongres AS, UNICEF, Doctors Without Borders, Komite Internasional Palang Merah, dan banyak lainnya. Menyelamatkan nyawa adalah keharusan moral. Senada dengan UNICEF, “belas kasihan – dan hukum internasional – harus diutamakan,” kata kelompok tersebut.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
“Kami menyerukan keadilan abadi bagi rakyat Palestina,” kata Youssef. “Ini adalah pesan universal, mari kita berhenti membunuh anak-anak, dan jangan menjadi bagian dari perang lagi. Ini adalah ruang untuk berbicara dengan hati,” tambahnya.
“Jadi untuk dikelilingi oleh artis-artis yang bersedia memberikan suaranya, daftarnya akan terus bertambah,” yaitu artis-artis yang mendukung pesan tersebut, katanya.
Saat ini Israel tengah diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.
Lebih dari 30 Ribu Jadi Korban Gugur
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, sebanyak 31.112 warga Palestina telah terbunuh, dan 72.760 lainnya terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober 2023.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan gugur di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya dekat perbatasan dengan Mesir – kota yang kini menjadi kota terbesar di Palestina, menjadikan eksodus massal sejak Nakba 1948.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Sementara dari pihak Israel mengumumkan, 1.200 tentara dan warga sipil tewas dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober.(T/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia