Riyadh, 6 Rabi’ul Akhir 1437/16 Januari 2016 (MINA) – Dunia hendaknya meresa khawatir atas konflik terbuka antara Iran dan Arab Saudi, kata Jamal Khashoggi, mantan penasehat keluarga kerajaan,.
Kebencian, kemarahan, pembunuhan … mereka memiliki bahan-bahan untuk konfrontasi besar, “kata Jamal Khashoggi dalam sebuah wawancara dengan tayangan UpFront Al Jazeera, demikian laporan Al-Jazeera sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran menyusul serangan terhadap kedutaan besarnya di Teheran pekan lalu setelah Saudi Arabia mengeksekusi pemimpin Syiah, Nimr al-Nimr, yang dihukum mati bersama dengan 46 Muslim yang sebagian besar brfaham Sunni dihukum atas tuduhan terorisme.
Saudi, a predominantly Sunni kingdom, and Shia Iran have accused each other of backing proxies in the war in Yemen and Syria.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Saudi Arabia yang mayoritas penduduknya kaum Sunni dan Iran yang didominasi Syiah selalu saling menuduh satu sama lain memberikan dukungan kepada kelompok Sunni dan Syiah dalam perang saudara di Yaman dan Suriah.
Khashoggi yang menjabat sebagai penasehat media untuk pangeran Turki Al-Faisal menyalahkan meningkatnya ketegangan pada Iran.
“Itu semua terjadi karena alasan sederhana yaitu Ekspansionisme Iran.” Ungkapnya dalam sebuah wawancara
“Ini adalah jerami yang mematahkan punggung yang sangat tegang, hubungan yang sangat buruk, dan pengalaman kami dengan Iran. Ini semua tentang ekspansionisme,” tambahnya
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mengesampingkan perang menjadi pilihan Iran, mantan diplomat itu menyatakan bagaimanapun masalah antara kedua belah pihak dapat diselesaikan melalui diplomasi.
“Saya tidak percaya kita harus khawatir karena hal ini karena saya tidak percaya akan terjadinya perang,” kata mantan kepala komite hubungan luar negri dewan keamanan nasional tertinggi Iran Seyed Hossein Mousavian.
Minggu lalu wakil putra mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan kepada majalah Inggris bahwa kerajaan tidak akan berperang dengan Iran.
Salman yang juga menjabat sebagai mentri pertahanan menambahkan jika perang Iran dan Arab pecah, maka itu adalah bencana untuk Timur Tengah.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Pakar politik Iran Seyyed Hossein Mousavian juga mengatakan bahwa munculnya terorisme adalah ancaman besar bagi perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan. Dia menuduh Arab Saudi sebagai pendukung teroris dan menambahkan bahwa krisis Suriah adalah hasil dari dukungan Arab Saudi kepada berbagai kelompok oposisi dengan uang dan senjata. (T/mar/R07)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon