Naypyidaw, 1 Shafar 1436 / 24 November 2014 (MINA) – rohingya-di-inggris/">Organisasi Burma-Rohingya di Inggris (BROUK) menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengakhiri ketidakacuhan pada penindasan warga muslim Rohingya, di kota-kota Maungdaw dan Buthidaung sejak 25 September lalu, sehingga banyak pula yang melarikan diri.
Aksi ini merupakan kebijakan pemerintah yang terus menyiksa Muslim Rohingya agar segera melarikan diri dari tanah air mereka.
Diperkirakan antara sepuluh sampai dua belas ribu warga Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar sejak tindakan keras September itu, Rohingya News Agency (RNA) melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
BROUK juga menyatakan, tindakan keras pemerintah juga dirancang untuk mengintimidasi Rohingya agar menerima Rencana Aksi negara bagian Rakhine, sebuah draft pertama yang menetapkan kondisi yang menyengsarakan waarga Rohingya. Termasuk dipaksa untuk berpura-pura menerima istilah Bengali, yang bisa dicabut kapan saja jika mereka menolak atau tidak dapat memberikan dokumen yang ditempatkan di kamp-kamp.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
BROUK telah menerima beberapa laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang menimpa Muslim Rohingya, diantaranya sekitar 150-175 penangkapan sewenang-wenang, terutama menargetkan tokoh masyarakat dan anggota terkemuka dari komunitas Muslim Rohingya.
Sementara itu, keluarga tidak diberitahu bahwa salah satu pihak dari mereka telah ditangkap dan dituduh melakukan sesuatu yang tidak diketahui penyebabnya serta dilarang untuk mengunjungi mereka.
Selang beberapa hari kemudian, mayat empat dari mereka yang ditangkap dikembalikan ke keluarga dengan bukti penyiksaan pada tubuh mereka. Keluarga percaya bahwa mereka disiksa sampai mati.BROUK juga menerima laporan Desa Whole sedang diserbu. Meluas pula pemerasan oleh polisi penjaga perbatasan.
Pemerintah Myanmar mengklaim bahwa eksodus yang dilakukan akhir-akhir ini disebabkan untuk meminimalisir tindakan keras anti teroris yang menargetkan Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO).
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
BROUK menegaskan bahwa klaim tersebut palsu. Orang-orang yang ditangkap dan diussir tidak terkait dengan RSO. Pemerintah Myanmar memiliki track record panjang menggambarkan orang yang tidak suka, baik itu dari kelompok etnis atau organisasi politik, sebagai teroris.
“Sejak September kita telah melihat penangkapan massal, penindasan, penyiksaan, pembunuhan dan lebih dari sepuluh ribu Rohingya diusir dari Myanmar, dan masyarakat internasional telah diam tidak berbuat banyak,” kata Tun Khin, Presiden rohingya-di-inggris/">Organisasi Burma-Rohingya di Inggris.
Dia menambahkan, hal itu terus memperburuk nasib Rohingya, sedangkan reaksi masyarakat internasional semakin terus melemah. “Fokusnya sekarang harus pada tindakan internasional karena terjadinya pelanggaran hukum internasional terhadap warga Rohingya,” katanya. (T/P004/P2)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mi’raj News Agency (MINA)