Dunia Islam Rayakan Hari Kelahiran Abu Nasr Al-Farabi Ke 1150

Nursultan, MINA – Kazakhstan serta sejumlah universitas, pusat ilmiah dan organisasi budaya di merayakan peringatan hari kelahiran Filsuf Besar Islam ke 1150 hingga akhir tahun ini.

Dikutip dari laman OKI, Rabu (9/9), perayaan ini akan menampilkan berbagai seminar, juga forum budaya dan intelektual, terutama di Universitas Nasional Al-Farabi Kazakh yang berbasis di kota Almaty.

Organisasi internasional seperti UNESCO, ISESCO dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah mendukung inisiatif Kazakhstan untuk mengadakan konferensi ilmiah dan praktis yang didedikasikan untuk Al-Farabi, putra desa Farab di wilayah Shymkent di Kazakhstan.

Selanjutnya, Pusat Sains dan Pendidikan Al-Farabi dibuka di Universitas Kairo Mesir oleh Universitas Nasional Al-Farabi Kazakhstan dengan dukungan dari Kedutaan Besar Kazakhstan di Mesir.

Dekan Fakultas Seni Universitas Menoufia, Dr. Hassan Khattab mengatakan, Al-Farabi memberikan contoh perintis dalam kehidupan ilmiah dan sosialnya, ia mampu menggambarkan ciri-ciri kepribadiannya sebagai sosok ilmiah dan filosofis.

“Al-Farabi adalah pendiri pertama aliran filsafat Islam yang dikenal sebagai ‘Farabisme’, bertentangan dengan filsafat Plato dan Aristoteles,” jelasnya.

Kemudian, Khattab memaparkan, pemikiran Al-Farabi dikritik oleh sebagian umat Islam yang melihat pengetahuannya tentang ilmu-ilmu filosofis membuatnya jauh dari moderasi intelektual.

Namun, itu tidak mengurangi perannya sebagai sarjana kedokteran, hikmat, musik dan politik yang kontribusinya sangat besar. mempengaruhi filsuf Muslim yang menggantikannya, terutama Ibn Sina dan Ibn Rusyd.

Al-Farabi dianggap sebagai simbol peradaban Islam, kedokteran, logika dan filosofi, ia disebut “Guru Kedua” yang menyajikan penjelasan dari kitab-kitab Aristoteles, yang dikenal sebagai “Guru Pertama”.

Pada tataran filsafat, Al-Farabi menyatukan teori dan praktek, dalam bidang politik ia membebaskan praktek dari teori.

Teologi Neoplatonisnya juga lebih dari sekedar metafisika sebagai retorika. Dalam upayanya untuk memikirkan hakikat penyebab pertama, Al-Farabi menemukan batas-batas pengetahuan manusia.

Al-Farabi menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Baghdad. Ia berada di Baghdad setidaknya sampai akhir September 942 M. Kemudian mengunjungi Mesir, di mana ia menyelesaikan enam bagian yang meringkas kitab Mabāde pada tahun 948 M.

Ia kembali ke Suriah pada tahun 949 M dan meninggal di Damaskus pada tahun 950 M. (T/Hju/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)