Duta Al-Quds: Bersatunya Kaum Muslimin Kunci Bebaskan Al-Aqsa
Karawang, MINA – Duta Al-Quds Internasional, Ali Farkhan Tsani mengatakan, bersatunya kaum Muslimin merupakan kunci untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
“Umat Islam bersatu, berjamaah, merupakan perintah Allah berdasarkan Al-Quran dan Hadits, dan itu menjadi kunci utama pembebasan Al-Aqsa,” ujarnya saat memberikan materi pelatihan Leadership Development Program (LDP) I Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Fatah Cikampek, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (25/2/2023).
Ia menekankan, bagaimana Allah memerintahkan secara jelas dan tegas, di dalam Surat Ali Imran ayat 103, tentang kewajiban kaum Muslimin berjamaah dan larangan berpecah belah dalam kehidupan.
“Allah juga mengingatkan kita semua kaum Muslimin, agar jangan sampai ada permusuhan dan perselisihan dalam perjuangan, karena hal itu hanya akan melemahkan kekuatan,” lanjutnya.
Ia juga menjelaskan, sejak awal diamalkannya Jama’ah Muslimin (Hizbullah), sebagai wujud persatuan kaum Muslimin, sudah dinyatakan Maklumat tahun 1953, yang isinya antara lain menyebutkan, “Tegak berdiri di dalam lingkungan kaum Muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa”.
Selanjutnya, pada tahun 2006, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menyatakan Maklumat Ghazwah Fath Al-Aqsa, yang menegaskan, “Sesungguhnya Masjidil Aqsa sesuai dengan firman-firman Allah di berdasarkan dalil-dalil yang qath’i, adalah hak Muslimin untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankannya”.
Ali Farkhan, yang juga Wartawan dan Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) menekankan, mengingat kondisi Masjidil Aqsa dan Palestina masih dalam penjajahan Israel, maka menjadi kewajiban umat Islam secara beresama-sama untuk membebaskannya dari belenggu penjajahan.
“Ini sesuai dengan Konstitusi Negara kita, pada Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan, bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Jadi, apa yang dikerjakan dalam program-program Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) dan Maemuna Center (Mae_C) dalam menyuarakan, mensosialisasikan, hingga menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina, sejalan dengan langkah-langkah diplomasi Indonesia di dunia internasional.
Ia menyebutkan, bagaimana Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, konsisten dalam mendukung perjuangan Bangsa Palestina di tengah peningkatan serangan tentara Israel.
“Bahkan Bu Retno menyampaikan suara tegasnya tentang pembelaan terhadap Palestina dalam pidatonya di PBB,” ujarnya.
Ia menambahkan, langkah diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia, diperkuat dengan langkah diplomasi jalur kedua atau second track diplomacy.
“Ini dapat dilakukan oleh lembaga kemanusiaan, media massa, ormas, hingga tokoh masyarakat,” imbuhnya.
Dalam pelatihan Leadership Development Program (LDP) I ini, Panitia mengundang beberapa narasumber di antaranya Sakuri,SH (Amir Majelis Ukhuwah Pusat), Arief Rahman (Pemimpin Umum Kantor Berita MINA), Muslim Imran (Ketua Palestinian Cultural Organisation Malaysia/PCOM) dan Tim Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR). (L/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)