Manila, MINA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak segala bentuk tawar-menawar dengan kelompok militant Maute yang kabarnya ingin anggotanya diizinkan meninggalkan kota selatan Marawi sebagai imbalan atas pembebasan sandera.
“Tidak mungkin,” tegasnya kepada wartawan Sabtu ketika mengunjungi tentara yang terluka di Rumah Sakit Kamp Evangelista di Cagayan de Oro City, situs The Manila Times melaporkan, Ahad (11/9).
Jawaban itu sekaligus menelaskan rumor bahwa pemimpin Maute, Omarkhayam Maute telah mengusulkan kesepakatan pembebasan sandera dengan imbalan jalan keluar yang aman untuk para anggota mereka.
Militer memperkirakan sekitar 20 sampai 30 sandera ditahan oleh sekitar 50 anggota Maute yang tinggal di kota tersebut. Pasukan pemerintah telah membersihkan sekitar 300 bangunan tempat Maute menanam bahan peledak.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
Sejak Maute menyerang Kota Marawi di Filipina Selatan pada tanggal 23 Mei, sedikitnya 655 anggota Maute terbunuh bersama 145 tentara dan polisi serta 45 warga sipil.
Saat melakukan operasi pembersihan, militer juga telah mempersiapkan upaya rekonstruksi dan rehabilitasi kota.
Angkatan Bersenjata pada Sabtu membawa lebih banyak peralatan berat dengan kapal BRP Davao del Sur, kapal penyeberangan strategis Angkatan Laut Filipina bersama barang-barang nonmakanan seperti pakaian dalam, pembalut wanita, popok, perlengkapan kebersihan, sandal, selimut, mainan, dan obat-obatan untuk orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.
Duterte pada Sabtu meyakinkan militan yang bersedia menyerah bahwa sementara mereka diperlakukan sebagai kriminal, mereka akan diproses hukum dan diperlakuan secara manusiawi.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
“Tidak akan ada penindasan atau pelecehan,” ujarnya.
Dia mengakui konflik Marawi telah lama menyeruak namun ia mengatakan tidak akan menetapkan tenggat waktu untuk mengakhirinya.
Presiden mengatakan tidak akan ada negosiasi dengan Maute bahkan jika sebelumnya dia mengizinkan mantan Wali Kota Marawi City, Omar Solitario Ali, untuk berbicara dengan kelompok tersebut mengenai pembebasan sandera. (T/R11/P2)
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas