Dzikir dan Keutamaannya Bagi Seorang Muslim

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

adalah senjata. Senjata seorang muslim untuk menangkal berbagai penyakit hati bahkan serangan musuh-musuhnya seperti setan, jin dan manusia-manusia jahat.

Selain sebagai senjata seorang muslim, juga adalah obat penenang jiwa. Jangan heran, jika kita melihat seorang muslim meski dirundung aneka ujian, namun dia tetap tenang dan seperti tidak ada masalah yang membebaninya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Qur’an surat Ar Ra’d ayat 13,

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Begitulah sejatinya hati orang beriman; tenang, tentram karena ia selalu mengingat Allah dalam segala situasi. Mereka sadar dengan ilmu yang Allah berikan bahwa setiap masalah adalah ujian dari Allah, karena itu diperlukan ketenangan hati dalam menghadapinya.

Shalat juga merupakan dzikir. Karena itu, shalat merupakan salah satu kewajiban dalam Islam yang salah satu tujuannya adalah untuk berdzikir kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. [Qs. Thaha: 14]

Berdzikir kepada Allah atau mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sang pencipta seluruh umat manusia, jin, malaikat dan seluruh alam semesta, merupakan amalan yang sangat agung.

 

Berdzikir kepada Allah merupakan sarana paling besar untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Agung.

Allah Ta’la berfirman,

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar ( dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Qs. Al-Ankabut: 45]

Allah Ta’ala menjanjikan bahwa siapa saja yang senantiasa mengingat (dzikir) kepada Allah, maka Allah juga akan mengingat dirinya dengan pahala dan ampunan. Allah Ta’ala berfirman,

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,.” [Qs. Al-Baqarah: 152]

Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan, ”Makna ayat ini adalah ingatlah kalian kepada-Ku dengan melakukan ketaatan, Aku akan mengingat kalian dengan pahala dan ampunan. Ini adalah pendapat dari Sa’id bin Jubair. (Ulama Tabi’in terkemuka).

Ia juga mengatakan, ”Dzikir adalah mentaati Allah. Maka siapa yang tidak taat kepada Allah berarti tidak berdzikir kepada-Nya meskipun banyak mengucapkan tasbih, tahlil dan membaca al-Quran.”

Berikut ini adalah keutamaan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pertama, orang mukmin yang berdzikir kepada Allah berada pada kedudukan yang tinggi sampai-sampai Allah membanggakan mereka di kalangan para Malaikat.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata, ”Muawiyah keluar menuju satu halaqah (sekelompok orang yang duduk melingkar) di dalam masjid, lalu dia bertanya, ”Apa yang menyebabkan kalian duduk?”

Mereka menjawab, ”Kami sedang berdzikir kepada Allah.” Muawiyah berkata, ”Demi Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau duduk kecuali hanya itu?” Mereka menjawab, ”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan kami duduk, kecuali hanya itu.”

Muawiyah berkata, ”Sesungguhnya aku tidaklah meminta kalian bersumpah karena tidak percaya kepada kalian. Tidaklah ada seorang pun yang memiliki kedudukan seperti aku dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lebih sedikit haditsnya dariku. Sesungguhnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar menemui satu halaqah dari para sahabat beliau. Kemudian beliau bertanya,

مَا أَجْلَسَكُمْ

’Apa yang menyebabkan kalian duduk?’.”

Mereka menjawab, ”Kami duduk berdzikir kepada Allah.” Beliau bertanya lagi,

آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ

”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau duduk, kecuali hanya itu?”

Mereka menjawab, ”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan kami duduk, kecuali hanya itu?” Beliau bersabda,

قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ

”Sesungguhnya, aku tidaklah meminta kalian bersumpah karena tidak percaya kepada kalian. Akan tetapi Jibril telah mendatangiku, lalu memberitahukan kepadaku, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian kepada para malaikat.” [HR. Muslim, no. 2701].

Kedua, ahli dzikir akan dikelilingi malaikat, diselimuti dengan rahmat, dan diturunkan ketenangan kepadanya.

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Abu Sa’id Al-Khudri, keduanya bersaksi bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di sisi-Nya. [HR. Muslim, no. 2700].

Ketiga, dzikir itu merupakan kehidupan hati. Di dalam Shahih Al-Bukhari (6407) dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُهُ مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.”

Sedangkan dalam riwayat Imam Muslim (779). Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَثَلُ البَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ ، وَالبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ ، مَثَلُ الحَيِّ والمَيِّتِ

“Permisalan rumah yang dipakai untuk berdzikir kepada Allah dan rumah yang di dalamnya tidak dipakai untuk berdzikir kepada Allah adalah seperti orang hidup dan orang mati.”

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengatakan, ”Bila hati itu hidup maka akan dipenuhi dengan iman.

Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. [Qs. Az-Zumar: 23]

Sedangkan orang yang hatinya keras dari berdzikir kepada Allah maka hatinya mati. Allah Ta’ala berfirman,

فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. [Qs. Az-Zumar:22]

Seorang pria menemui Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, tokoh ulama Tabi’in dari Bashrah, Irak. Dia mengeluhkan kekerasan hatinya. Maka Al-Hasan berkata kepadanya, ”Lunakkanlah hatimu dengan dzikir.”

Hal ini karena ketika hati semakin lalai maka hatinya akan semakin keras. Bila berdzikir kepada Allah maka kekerasan hati tersebut akan meleleh. [Al-Wabil Ash-Shayyib: 71].

Semoga Allah Ta’ala memudahkan lisan kita untuk selalu berdzikir kepada-Nya, sehingga rahmat dan ridha Allah Ta’ala bisa diraih, wallahua’lam.[A/RS3/P2]

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.