Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dzikir, Doa dan Kesehatan Mental dalam Islam

Redaksi Editor : Ali Farkhan Tsani - 32 detik yang lalu

32 detik yang lalu

0 Views

Rohmah Solihah (Dokpri)

Oleh Rohmah Solihah, Terapis Bekam

DI ERA digital saat ini kehidupan berjalan begitu cepat, meeting demi meeting, notifikasi yang tak henti-henti, tekanan pekerjaan yang menggunung, dan ekspektasi sosial yang menyesakkan dada.

Banyak dari kita yang merasa baik-baik saja di luar, namun diam-diam menyimpan kegelisahan di dalam. Cemas tanpa sebab, gelisah saat malam, atau merasa kosong meskipun dikelilingi orang banyak. Ini  semua adalah tanda-tanda kelelahan mental yang sering kali luput disadari.

Ketika dunia menawarkan pelarian dalam bentuk hiburan instan, Islam menawarkan ketenangan sejati melalui cara yang sederhana namun dalam maknanya. Dzikir dan doa bukan sekadar rangkaian lafaz, tapi sebuah terapi spiritual yang menguatkan jiwa, menjernihkan pikiran, dan menghidupkan kembali harapan.

Baca Juga: Hari ke-54 Penyelenggaraan Haji, 386 Jamaah Indonesia Wafat di Tanah Suci

Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam

Kesehatan mental bukan hanya bebas dari gangguan psikologis, tetapi juga mencakup ketenangan hati, kejernihan pikiran, dan kemampuan menghadapi ujian hidup. Konsep ini sering kali dikaitkan dengan qalbun salim (hati yang bersih dan selamat).

Sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍۗ

Baca Juga: Kebersihan Cerminan Sikap Tanggung Jawab

Artinya: “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-Syu’ara: 89).

Kesehatan jiwa dalam Islam bukan sekadar urusan dunia, tapi juga kunci keselamatan akhirat.

Dzikir, Sumber Ketenangan Jiwa

Dzikir atau mengingat Allah bukan hanya ritual, tapi kebutuhan hati. Saat hati terasa penuh beban, dzikir berfungsi seperti pelipur lara yang meredakan kegelisahan.

Baca Juga: Para Pemimpin Dunia Tegaskan Komitmen Eliminasi Kanker Serviks

Alloh Subhana wa Ta’ala berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS Ar-Ra’d: 28).

Mengucap “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaha illallah, dan Allahu akbar”, dengan kesadaran penuh memberi efek seperti meditasi, menenangkan sistem saraf, memperlambat napas, dan menstabilkan emosi.

Baca Juga: 32 Jamaah Haji Indonesia Positif COVID-19, Kemenkes Imbau Tetap Waspada

Doa, Komunikasi Langsung yang Menyembuhkan

Doa bukan sekadar permintaan, tetapi juga bentuk terapi spiritual. Saat manusia merasa tak mampu, doa menjadi saluran pelepasan emosi dan kecemasan kepada Yang Maha Mendengar.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّينِ وَنُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

Baca Juga: Indonesia Targetkan Eliminasi Malaria Nasional pada 2030, Fokus di Papua

Artinya: “Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit dan bumi.” (HR Hakim)

Dengan berdoa kita belajar berserah, menerima takdir, dan menaruh harapan kepada Dzat yang tidak pernah mengecewakan.

Spiritualitas dan Kesehatan Mental, Sebuah Keterkaitan

Banyak penelitian modern menyebut bahwa orang yang memiliki kehidupan spiritual yang aktif cenderung lebih tahan terhadap stres dan memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Islam mengajarkan husnuzhan billah (berbaik sangka kepada Allah), yang memperkuat optimisme dan daya tahan batin.

Baca Juga: Hipertensi, Diabetes, Sakit Gigi Masalah Utama Kesehatan Masyarakat

Spiritualitas dalam Islam juga menekankan pentingnya harapan (raja’), takut akan kesalahan (khauf), dan tawakkal tiga pilar yang memperkuat kestabilan emosi.

Contoh Teladan dari Rasulullah dan Para Sahabat

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri menghadapi banyak tekanan, kehilangan orang-orang terdekat, ditolak masyarakat, difitnah, bahkan diburu untuk dibunuh. Namun, beliau tetap tenang dan sabar. Mengapa? Karena hatinya selalu terhubung kepada Allah melalui dzikir dan doa.

Contoh nyata bisa kita lihat dalam shalat malam beliau, doanya saat Perang Badar, atau dzikir beliau ketika menghadapi kesulitan. Beliau mengajarkan bahwa kekuatan mental sejati lahir dari koneksi spiritual yang kuat.

Baca Juga: Mau Tidur Nyenyak dan Bangun Segar? Ikuti 9 Tips Ini! 

Integrasi Dzikir & Doa dalam Kehidupan Sehari-hari:

Pertama, Membaca dzikir pagi dan petang.

Kedua, Berdo’a sebelum tidur dan setelah bangun.

Ketiga, Menyisihkan waktu 5 menit sehari untuk tafakur.

Baca Juga: Menkes RI Sebut TBC Sebabkan Dua Kematian Setiap Lima Menit

Keempat, Mendirikan shalat tahajud sebagai momen curhat spiritual kepada Allah.

Bahkan dalam praktik psikoterapi Islami dzikir dan doa sering dijadikan bagian dari konseling spiritual. Ini membuktikan bahwa Islam sangat relevan dengan pendekatan penyembuhan jiwa secara modern.

Kesehatan mental bukan hanya urusan psikolog, tapi juga urusan hati yang terhubung dengan Sang Pencipta. Dzikir dan doa bukan hanya ibadah, tapi juga obat hati dan penenang jiwa.

Dunia mungkin menjanjikan hiburan sesaat, tapi hanya Allah yang menjanjikan ketenangan abadi. Jangan tunda, mari kita kembali dan dekatkanlah dirimu padanya, di situlah kedamaian yang sesungguhnya. []

Baca Juga: Meneladani Rasulullah dalam Menjaga Kesehatan Fisik

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Khadijah
Kolom
MINA Health