Jakarta, MINA – Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, menegaskan, Kerusakan lingkungan dan krisis iklim terus terjadi karena keserakahan manusia.
“Karena terjadi keserakahan manusia, maka manusia harus kembali pada nilai dasar agama dan keyakinannya,” ungkap Hening pada acara Buka Bersama dan Dialog bertajuk ‘Bersaudara dalam Damai dan Bahagia’ di Jakarta, Rabu (27/3).
Menurutnya, kondisi krisis iklim dan bumi yang mulai mendidih, menjadi fenomena global yang membutuhkan banyak pihak untuk bekerja sama.
“Dengan menggunakan value of faith, Eco Bhinneka mengajak kawan-kawan berbagai lintas agama dan keyakinan, untuk bergerak bersama,” ucapnya
Baca Juga: BRIN Kukuhkan Empat Profesor Riset Baru
Lebih lanjut, menurut Hening, dalam membangun perdamaian atau peace building, tak bisa dipisahkan dengan ekologi. “Pada saat kita bicara tentang lingkungan, maka hal itu adalah jalan bagi kita untuk bersama-sama mencapai perdamaian, jalan di mana kita antar umat lintas agama dan kepercayaan bekerja bersama dalam konteks kemanusiaan,” katanya.
Sementara Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, menyampaikan, Eco Bhinneka menjadi bagian dari komitmen Muhammadiyah, untuk mengajak apapun latar belakang keyakinannya turut hidup berdampingan dengan damai dan peduli terhadap kelestarian lingkungan.
“Program Eco Bhinneka adalah program yang well grounded. Gerakan ini berbasis komunitas, dan lebih mengedepankan kegiatan berbasis budaya, di mana kita mengeksplorasi berbagai local wisdom yang ada di Indonesia ini sebagai sebuah kekayaan dan sebuah modal besar kita bisa bersama-sama,” lanjutnya.
Lambert Grijns, Duta Besar Belanda untuk Indonesia, mengapresiasi nilai-nilai dari berbagai agama dalam melestarikan lingkungan yang telah diungkapkan oleh perwakilan peserta dalam dialog acara ini.
Baca Juga: Jateng Raih Dua Penghargaan Nasional, Bukti Komitmen di Bidang Kesehatan dan Keamanan Pangan
“Isu lingkungan mampu menghubungkan kita semua, karena lingkungan dan dunia di mana tempat tinggal kita, adalah ciptaan Tuhan yang harus kita hargai dan jaga bersama,” kata Lambert.
Menurutnya, dengan perspektif kemanusiaan, umat lintas iman dapat saling bekerja sama mencegah kerusakan lingkungan.
Acara ini juga dihadiri oleh Kate Fletcher, tim Politik DFAT Australia yang mengelola isu lintas iman. Menurut Kate, karena Australia dan Indonesia adalah bertetangga, maka tentu kondisi lingkungan saat ini bisa berdampak kepada kedua negara.
“Australia dan Indonesia akan bekerjasama dalam bidang ini, untuk melindungi lingkungan dan bumi kita, yang merupakan hadiah dari Tuhan,” kata Kate.
Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan
Pertemuan ini mendapatkan sambutan yang hangat dari berbagai tokoh lintas iman, seperti yang diungkapkan oleh Aldi Destian, perwakilan dari Agama Khonghucu.
“Saya senang bisa diundang hadir di acara ini karena bertemu dengan teman-teman dari lintas agama, sempat sharing terkait apa itu kebhinnekaan, dan bisa ikut menikmati makanan buka puasa di bulan Ramadan ini,” kata Aldi.
Hal serupa diungkapkan oleh Pdt. Alfriani perwakilan dari Agama Kristen. “Di sini kita seperti saudara, tidak memandang beda agama, tapi kita memiliki tujuan yang sama untuk alam, untuk kemanusiaan,” ungkapnya.
Terkait merawat lingkungan, beberapa peserta juga sepakat bahwa umat lintas iman perlu bergerak bersama. Seperti yang disampaikan Juliana Ojong dari perwakilan Agama Buddha dan Engkus Ruswana dari perwakilan Penghayat Kepercayaan, “Semoga semua makhluk berbahagia. Namun bagaimana kita membuat semua makhluk bahagia? tentu saja dengan merawat bumi kita ini bersama,” kata Juliana.
Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama
“Kita bisa bekerja sama merawat lingkungan dengan melihat kembali nilai-nilai yang ada di masyarakat adat, dan menggunakannya di kehidupan modern ini,” ucap Engkus.
Sepanjang acara, para peserta diperbolehkan membuat story di instagramnya masing-masing. Selain direpost oleh Instagram @ecobhinneka, story menarik juga akan mendapatkan hadiah spesial dari Eco Bhinneka. Acara ditutup dengan makan bersama, di mana Tim Eco Bhinneka Muhammadiyah menyajikan makanan di dalam kemasan atau box cantik yang bisa digunakan secara berulang, sehingga minim sampah.
Sebanyak 130 orang peserta menghadiri acara ini di Aula Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat. Mereka berasal dari Kedutaan Besar Belanda, Local Partner JISRA Indonesia, tokoh dan pegiat lintas iman, organisasi atau NGO yang bekerja untuk isu kerukunan umat beragama, keluarga besar karyawan PP Muhammadiyah Kantor Jakarta, serta perwakilan Majelis, Lembaga, dan Ortom PP Muhammadiyah.(R/R1/P2)
Baca Juga: Industri Farmasi Didorong Daftar Sertifikasi Halal
Mi’raj News Agency (MINA)