Tel Aviv, 14 Ramadhan 1437/19 Juni 2016 (MINA) – Mantan Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Barak mengatakan, Jumat malam (16/6/2016), PM Benjamin Netanyahu kini sedang panik, menjelang akhir masa jabatannya.
The Jerussalem Post menyebutkan, Barak, yang kini bertugas di bawah Netanyahu sebagai pejabat Menteri Pertahanan menyebut Netanyahu panik karena ia tahu bahwa pemerintahnya akan segera berakhir.
“Saya sudah kenal Netanyahu sejak ia berusia 20 tahun, saya bisa melihat dia panik. Netanyahu memahami dengan jelas bahwa hari-harinya sebagai perdana menteri tinggal hitungan bulan atau tahun,” ujar Barak saat wawancara dengan Channel 2, yang disiarkan tepat setelah ritual Shabbat.
“Dia mengakui bahwa jadwal mundur di akhir pemerintahannya telah dimulai, apakah itu sekarang, satu tahun atau satu tahun setengah,” tambahnya.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Barak juga mengkritik pemerintahnya sendiri yang dianggapnya belum menghasilkan keseimbangan di bawah kepengurusan Netanyahu.
“Pemerintah ini terdiri hanya dari partai-partai sayap kanan, tidak ada unsur penyeimbang. Hal ini beroperasi dengan cara yang licik, cara-cara yang membahayakan Negara Israel,” kritiknya.
“Netanyahu perlu diganti dan mengucapkan terima kasih untuk semua yang telah dilakukan untuk negara, saatnya untuk pergi,” imbuhnya.
Barak, yang bertugas di bawah Netanyahu sebagai Pejabat Menteri Pertahanan, juga menolak rumor bahwa Netanyahu baru-baru ini menawarkan dia untuk menjadi Kepala Departemen Luar Negeri dalam pemerintahan.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
“Saya tidak ditawari menjadi menteri luar negeri, dan jika pun saya telah ditawari posisi, saya tidak akan mengambil itu,” katanya.
Di Tepi Jurang
Wawancara pedas Barak dengan Channel 2 datang tepat setelah ia mengecam Netanyahu pada Konferensi Herzylia malam sebelumnya. Saat itu ia juga menyerang untuk kurangnya visi pemerintahannya.
“Para pemimpin di seluruh dunia tidak percaya apa yang dikatakan oleh Netanyahu dan pemerintahannya,” kata Barak. Menurutnya, Netanyahu dengan kewenangannya telah memimpin warganya ke tepi jurang. Dia juga memperingatkan Israel akan menjadi Belfast, Bosnia, Johannesburg, atau Eropa menjelang Perang Dunia II.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Barak mengisyaratkan kemungkinan kembali ke politik, dan itu adalah satu-satunya cara untuk “mengalahkan Netanyahu dalam pemilihan”.
“Untuk menjalankan tugas perdana menteri atau tinggal diam, ini bukan hanya dua pilihan. Saya ingin bertindak untuk mengubah situasi dan saya akan membantu memikul upaya untuk mengubah situasi ini,” katanya.
Menanggapi komentar Barak, Partai Likud merilis sebuah pernyataan pedas yang mengecam mantan Mendagri dan Menlu Israel itu sebagai politisi yang gagal.
“Barak berkeinginan untuk kesekian kalinya kembali ke posisi penyelamat kiri dan bahkan sebagai politisi, tapi dia tetap gagal menemukan jalan kembali ke politik,” pernyataan Partai Likud.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
“Barak masih tidak bisa menerima bahwa baik masyarakat Israel dan partainya telah menunjukkan padanya jalan keluar,” tambah pernyataan itu.
Ini bukan yang pertama Barak menyerang Netanyahu dengan pernyataan pedasnya. Seperti ketika dia menuduh pemerintah Netanyahu mendirikan politik apartheid.
Sehingga Netanyahu pun sebelumnya pernah mengatakan dalam percakapan tertutup sebelum Konferensi Herziliya bahwa “Barak telah putus asa untuk berada dalam kesadaran publik, jadi dia membuat cara menyerang saya sebulan sekali.” (T/P4/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir