Jakarta, 29 Syawal 1436/13 Agustus 2015 (MINA) – Ekonomi Indonesia berpotensi berkembang dalam 15-35 tahun mendatang. Namun, saat Indonesia masuk 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2030, Indonesia dinilai harus bisa mengurangi keberadaan di zona konsumsi.
Hal itu diutarakan Walikota Bandung, Ridwan Kamil, dalam acara Kongres Diaspora Indonesia III di Jakarta, hari ini (13/8).
“Jangan sampai Indonesia menjadi negara terbesar sebagai pengonsumsi, tapi harus menjadi pemproduksi,” ujar Ridwan dihadapan ratusan diaspora.
Pernyataan Ridwan bukan tanpa alasan. Saat ini, Indonesia kalah bersaing dengan negara anggota ASEAN sekali pun. Produk Indonesia seperti beras sangat jarang terjaja di pasar asing karena kalah bersaing dengan Thailand.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Senada dengan Ridwan, Imam New York Amerika Serikat (AS), Shamsi Ali juga mengatakan Indonesia kurang cepat melihat peluang. Banyak produk Indonesia yang dibeli asing melalui negara ketiga. Padahal, Indonesia bisa menjual produk itu secara langsung.
Menurut Shamsi, kompetisi ekonomi akan kian sengit di masa depan. “Ada kabar Indonesia akan masuk MEA (masyarakat ekonomi ASEAN). Ada dua kemungkinan, Indonesia bisa jadi objek atau pelaku,” kata Shamsi dalam acara yang sama.
Iwan Sunito, Direktur Utama (Dirut) perusahaan properti Australia Crown Group menambahkan, persaingan juga akan sengit. Sistem baru seperti ekonomi syariah akan meluas. “Pertumbuhan ekonomi tidak hanya akan terjadi di ibu kota, tapi juga di kota-kota lain,” pungkas Iwan. (L/P020/R05)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)