Ekonomi Sirkuler Untuk Penghidupan Berkelanjutan – 2 (Oleh: Dr. Hayu S. Prabowo)

Gambar 2 Pola Sikular Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Oleh: Dr. Ir. H. Hayu S. Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (Lembaga PLH & SDA )

Manusia telah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Oleh karenanya kegiatan sangat berkaitan dengan proses dan kapasitas alam dalam menjalankan jasa ekosistemnya.

Gambar-2 memperlihatkan proses ekosistem dimana Produsen memperoleh energi melalui fotosintesis dan menyerap bahan anorganik untuk menghasilkan biomasa dan membentuk makanan dasar untuk spesies konsumen seperti herbivora dan predatornya.

Organisma mati menghasilkan akumulasi bahan organik yang diubah oleh Pengurai. Pengurai dan Konsumen berperan dalam pembentukan bahan anorganik dengan mineralisasi, melengkapi siklus nutrien antara bentuk organik dan anorganik.

Sebagaimana halnya proses sirkuler ekosistem, ekonomi sirkuler akan membutuhkan energi yang baru terbarukan serta bahan baku beserta material yang diperoleh melalui daur ulang produk lainnya untuk dapat memproduksikan produk yang dibutuhkan manusia.

Rantai pasokan ekonomi sirkuler berbeda dengan model ekonomi linier. Kolaborasi di seluruh rantai: perancang dan pemasok serta penyedia layanan dan perusahaan perlu berkolaborasi untuk mencapai ekonomi sirkuler dengan berbagi, tidak hanya bahan, air, dan energi, tetapi juga informasi dan layanan untuk seluruh produk yang akan dipasarkan dan digunakan konsumen hingga daur ulang dan menjadi material yang dapat digunakan oleh perusahaan tersebut atau perusahaan lainnya.

Berbeda dengan pandangan model industri ekstraktif ekonomi linier “ambil, buat, gunakan dan buang“, ekonomi sirkuler bersifat restoratif dan regeneratif sejak desain awal produk. Dengan mengandalkan inovasi sistem, ekonomi sirkuler mendefinisikan kembali produk dan layanan untuk merancang limbah produk akhir, serta meminimalkan dampak negatif proses produksinya dengan transisi ke sumber energi terbarukan. Model sirkuler membangun modal ekonomi, lingkungan dan sosial.

Ekonomi sirkuler menyediakan berbagai mekanisme penciptaan nilai yang mengurangi konsumsi sumber daya yang terbatas. Dalam ekonomi sirkuler, sumber daya diregenerasi dalam siklus bio dan dikembalikan dalam siklus teknis melalui perubahan rantai nilai produk yang bersifat restoratif dan regeneratif sejak desain awal produk.

Pengaruh Ekonomi Sirkuler pada Industri Jasa Keuangan

Mengubah ekonomi dari yang linier ke yang lebih sirkuler diperlukan, tetapi ini bukan hanya tugas pengusaha saja, namun juga sektor keuangan juga harus menjadi bagian dari perubahan ini. Pergeseran ke ekonomi sirkuler akan memengaruhi klien industri keuangan dan akan mempengaruhi  industri keuangan itu sendiri.

Dari perspektif ekonomi, perubahan ini memberikan beberapa keuntungan karena merupakan seruan untuk efisiensi sumber daya: menurunkan biaya bahan dan mengurangi dampak volatilitas harga bahan.  Ada juga potensi keuntungan ekonomi makro.

Pergeseran ini misalnya akan terlihat di pasar tenaga kerja karena ekonomi pada tingkat tertentu akan menjadi lebih sedikit material dan lebih banyak padat karya.

Jika ketergantungan sumber daya berkurang maka risiko ketidakstabilan ekonomi dari ketegangan geopolitik kemungkinan akan turun. Akhirnya, jika kita menggunakan bahan lebih sedikit, kekurangan  sumber daya langka, tidak terbarukan akan dikurangi.

Keberhasilan industri keuangan sering dipersempit ke minimalisasi risiko dan maksimalisasi keuntungan. Ini juga dapat diterapkan pada pergeseran ke ekonomi sirkuler. Industri keuangan harus bertujuan untuk mendukung perusahaan yang berhasil melakukan transisi (‘peluang sirkuler’) dan menghindari yang perusahaan yang tidak dapat merealisasikan peluang sirkuler atau berada dalam sektor usaha yang menurun (‘risiko linier’).

Untuk bergerak dari ekonomi linier ke ekonomi sirkuler lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Untuk memulainya, kita membutuhkan perubahan substansial dalam tatanan ekonomi. Pergeseran ini harus mencakup segala sesuatu mulai dari desain produk dan sirkuleritas aliran material (termasuk logistik terbalik yang menyertainya) hingga menciptakan insentif yang tepat dan struktur hukum untuk merangsang gagasan bisnis ekonomi sirkuler.

Pergeseran pola pikir konsumen sangat penting untuk memungkinkan ide-ide bisnis seperti itu berhasil – tanpa permintaan konsumen transisi menuju ekonomi sirkuler tidak akan mendapatkan momentum. Sama pentingnya adalah modal investasi yang diperlukan untuk mengubah praktik bisnis. Ketidakpastian dan kurangnya pengalaman dari paradigma bisnis baru menyiratkan tantangan besar bagi industri keuangan dan menyarankan perlunya penawaran produk keuangan baru.

Memahami perubahan dalam ekonomi sangat penting. Senang atau tidak, hal ini merupakan tuntutan baru dan merupakan peluang baru, model bisnis baru dan risiko baru karena kelangkaan sumber daya akan memiliki konsekuensi bagi industri keuangan, termasuk cara produk mereka dinilai dan bagaimana produk mereka ditawarkan.

Referensi

Working Group FINANCE. 2016, Money makes the world go round. The Netherlands

What is the Circuar Economy. https://www.ellenmacarthurfoundation.org/circular-economy

Rodic, Ljiljana, Circular economy and solid waste management. EAWAG Aquatic Research

Braungart, M., McDonough, W., & Bollinger, A., ‘Cradle-to-cradle design: creating healthy emissions – a strate­gy for eco-effective product and system design’, Journal of Cleaner Production (15, 2007), 1337–48

Prabowo, Hayu, Degrowth – Meredakan Gejolak Ekonomi versus Alam, https://mui-lplhsda.org/degrowth-meredakan-gejolak-ekonomi-versus-alam/

(AK/R01/RS1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.