Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekosistem Startup Indonesia

Rana Setiawan - Kamis, 9 Agustus 2018 - 22:53 WIB

Kamis, 9 Agustus 2018 - 22:53 WIB

7 Views

(Foto: Istimewa)

Ekosistem startup terbukti membawa penyamarataan yang luar biasa di seluruh negeri dan penduduknya. Ekosistem ini menghilangkan apa yang disebut sebagai glass ceiling (penghambat dan penghalang) serta beragam mitos yang ada dan menantang status quo.

Jakarta, MINA – Setelah survei yang mendalam di tingkat nasional terkait startup sudah mereda, sejumlah indikasi tren yang mengagetkan bermunculan. Berkarya Institute yang bekerja sama dengan Natio Cultus, suatu perusahaan konsultan strategi bisnis global, merilis laporan komprehensif pertamanya tentang ekosistem startup di Indonesia.

Ketua Berkarya Institute, Ilham Habibie, mengatakan, perkembangan teknologi dan telekomunikasi ditambah dengan energi masyarakat kita memungkinkan Indonesia untuk melompat dan memimpin di antara negara-negara kaya di masa mendatang.

“Dalam ekonomi yang berorientasi pada inovasi dan startup saat ini, para pembuat kebijakan tidak hanya menjadi semakin peduli terhadap tingkat keterampilan literasi tradisional yang dimiliki oleh populasi mereka tetapi juga pada semakin pentingnya modal sumber daya manusia serta perluasan kemampuan yang kelak dibutuhkan untuk mempertahankan produktivitas dan kohesi sosial,” ujar Ilham dalam peluncuran Laporan “Ekosistem Startup Indonesia – Tren yang Muncul” di kantornya PT Ilthabi Rekatama Jakarta, Rabu (8/8).

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Menurut Ilham, meningkatnya urgensi modal sumber daya manusia serta pembelajaran yang berkaitan dengan hal tersebut, kemudian memunculkan adanya kebutuhan yang amat besar akan informasi mengenai distribusi pengetahuan, keterampilan, dan karakteristik yang dibutuhkan guna berpartisipasi penuh dalam apa yang disebut sebagai masyarakat industri digital.

Laporan perdana Berkarya Institute ini menyoroti potensi dan perangkap ekosistem startup yang sedang dibangun di Indonesia. Laporan ini mengidentifikasi bakat sebagai sumber kunci yang membutuhkan perhatian segera.

Relatif terlambat untuk mengikuti bandwagon bisnis global, ekosistem ini mengalami percepatan dan berada di garda depan dalam hal adopsi digital, penetrasi internet, e-commerce, fintech, dan lain-lain.
“Yang kami sadari di Berkarya Institute adalah bahwa data yang berkualitas masih kurang untuk menjadi dasar keputusan dan menarik kesimpulan mengenai posisi Indonesia dalam kaitannya dengan ekosistem startup komparatif di negara lain,” kata Ilham.

Dia menjelaskan fihaknya mulai melakukan latihan yang ambisius untuk memetakan ekosistem startup Indonesia dalam dua fase. Fase pertama dilakukan selama tujuh bulan dan menghasilkan bacaan yang menarik. Ditemukan sebuah ekosistem startup yang dinamis dengan dua kelompok kota yang memiliki perbedaan jelas dalam hal demografi pendiri, sebaran industri, kematangan model bisnis dan skala operasi. Laporan ini memberikan wawasan yang berharga terkait posisi startup Indonesia serta arah yang dituju.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

CEO Chairos Consulting, Sachin Gopalan, seorang mitra juga menambahkan, fihaknya pernah memiliki kesempatan generasi dan para pemuda mereka menanggapinya dengan semangat.

“Yang dibutuhkan adalah data tepercaya yang digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk merumuskan kerangka yang tepat guna mendukung berkembangnya bakat kami,” ujarnya.

Sachin menyatakan, fihaknya menggelar kampanye nasional yang menjangkau lebih dari 3.700 pengusaha secara langsung; 2.274 di antaranya memenuhi syarat sebagai startup. Sampel yang diamati ini diberi pertanyaan mengenai sejumlah aspek dan hasilnya menunjukkan dua ekosistem startup yang berbeda yang kami jadikan sebagai dua kelompok.

Pertama, kondisi ekosistem startup Indonesia saat ini memiliki kemiripan yang tinggi dengan ekosistem startup di India pada tahun 2008.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Oleh karena itu, kami menyediakan studi perbandingan dari kedua ekosistem ini untuk membantu kalibrasi dan benchmark data. Lebih jauh lagi, kelompok pertama terdiri dari kota-kota yang cukup matang seperti Jakarta, Denpasar, Yogyakarta, dan Surabaya. Jakarta, Denpasar dan Yogyakarta merupakan kota yang menjadi pusat startup Layanan Teknologi Informasi. Meskipun tidak sama, Surabaya juga bisa dimasukkan dalam daftar tersebut.

• Kelompok ini memiliki pendiri dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi serta proporsi yang lebih tinggi untuk perusahaan yang didirikan sebagai PT atau CV.

• Kelompok ini memiliki persentase yang lebih rendah untuk pendiri wanita per perusahaan, tetapi persentase yang lebih tinggi untuk rata-rata jumlah pendiri per perusahaan.

• Kelompok ini memiliki persentase yang lebih tinggi untuk perusahaan yang telah menerima paten dan merek dagang.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

• Kelompok ini mendapatkan pendanaan eksternal yang lebih baik dan memiliki rata-rata permintaan investasi yang lebih tinggi.

Kelompok kedua terdiri dari Padang, Batam dan Bandung: Batam dan Bandung memiliki proporsi besar untuk perusahaan yang bergerak di industri Makanan dan Kuliner serta Pakaian dan Ritel, diikuti oleh Padang.

• Kelompok ini memiliki persentase tertingi untuk perusahaan perseorangan serta proporsi yang lebih tinggi untuk pendiri yang kualifikasi pendidikan tertingginya adalah SMA.

• Kelompok ini juga memiliki persentase yang sangat tinggi untuk pendiri wanita per perusahaan dan rata-rata yang lebih rendah untuk jumlah pendiri per perusahaan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

• Kelompok ini memiliki proporsi yang tinggi untuk pendanaan sendiri atau pendanaan dari kerabat dan keluarga, serta permintaan investasi yang jauh lebih kecil. Perbedaan jelas pada dua kelompok ini bisa dimanfaatkan secara strategis untuk menciptakan hub/pusat industri yang spesifik serta menyediakan keterampilan dan pelatihan teknis yang sesuai.

Kesenjangan Bakat

Nalin Singh, penulis buku best seller dan buku yang mendapatkan penghargaan nasional Get Funded Now, memimpin tim yang menangani laporan ini ketika ia melakukan tur di Indonesia dan bertemu dengan para pengusaha dari seluruh kota-kota utama.

Ia menyatakan bahwa tantangan dan langkah selanjutnya adalah, kesenjangan bakat merupakan faktor yang jelas dan sudah diketahui. Tetapi dalam dunia wirausaha, hal ini tidak hanya diterjemahkan sebagai kurangnya jumlah karyawan tetapi juga kurangnya pemahaman yang lengkap mengenai hal-hal yang diperlukan untuk mengembangkan perusahaan, dasar-dasar literasi keuangan dan investasi, serta kurangnya fokus produk.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

“Hal-hal ini, ditambah dengan ekosistem pendanaan dari para investor High Net Worth dan Angel yang tidak memadai, menciptakan kesenjangan investasi dalam startup Indonesia. Kami bermaksud untuk melakukan tindak lanjut atas laporan ini, untuk itu diadakan ‘Indonesia Fund Fest’ pada 20 September 2018,” ujarnya.

Festival pendanaan yang tepercaya dan tanpa gangguan di mana perusahaan-perusahaan dari seluruh Indonesia bisa mengajukan permohonan dan mendapatkan peluang unik untuk menyampaikan pitch kepada sejumlah investor secara langsung.

Proses ‘Funding Readiness Report’ yang kami miliki memastikan bahwa perusahaan-perusahaan ini benar-benar dicek dan para pendiri mendapatkan pelatihan secara ekstensif sebelum bertemu dengan para investor dari seluruh daerah.

Perusahaan-perusahaan yang dipilih oleh dewan juri terkemuka akan mendapatkan peluang lebih lanjut untuk memamerkan perusahaan mereka dalam Festival Habibie selama tiga hari dan berinteraksi dengan ribuan pelanggan dan investor potensial.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Berkarya!Institute adalah sebuah think tank (wadah pemikir) tentang Inovasi yang terdiri dari para pemikir, praktisi industri dan akademisi yang bekerja sama untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik tentang peluang dan tantangan yang muncul karena teknologi disruptif serta emerging technology.

Diketuai oleh Dr. Ilham A. Habibie, lembaga ini bertujuan untuk menciptakan analisis serta informasi yang dapat diterapkan yang akan berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan di tingkat akar rumput.

Berkarya!Institute merupakan bagian dari gerakan “Membudayakan Teknologi” dari Berkarya!Indonesia yang telah membentuk Bekraf Habibie Festival, festival Teknologi dan Inovasi terbesar di Indonesia yang mencakup Makerland dan beberapa inisiatif lain guna melibatkan seluruh warga Indonesia.(AK/R01/RS3)

 

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Ekonomi
Indonesia
Feature