Bangladesh, 11 Safar 1435/15 Desember 2013 (MINA) – Setidaknya tiga warga dilaporkan tewas dalam kerusuhan di Bangladesh setelah eksekusi hukuman gantung pemimpin partai Jamaat e-Islami, Abdul Quader Molla.
Perdana Menteri Sheikh Hasina berjanji untuk meredam kekerasan, menyusul aksi pendukung oposisi membakar rumah-rumah dan terlibat dalam pertempuran dengan petugas selama hari ketiga kerusuhan, kata polisi.
Setidaknya 24 orang tewas dalam bentrokan yang melibatkan oposisi, aktivis pro-pemerintah dan polisi sejak Kamis (12/12), ketika pemimpin Jamaat e-Islami, Abdul Quader Molla, dihukum mati atas kejahatan yang dilakukan selama perang kemerdekaan bangsa itu pada tahun 1971. Anggota partai Jamaat e-Islami mengatakan eksekusi itu bermotif politik.
Eksekusi tersebut memicu kerusuhan baru di Bangladesh, yang sudah pulih dari kekerasan politik menuju pemilihan umum nasional 5 Januari mendatang, Al-Jazeera Ahad (15/12) melaporkan, seperti dikutip Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Sebelumnya, Staf Ahli PBB meminta pemerintah Bangladesh untuk menunda eksekusi Molla, karena dikhawatiran tidak berjalannya persidangan yang adil, menurut siaran pers PBB.
“Pelaksanaan Molla bisa memicu kekerasan dan kerusuhan lebih lanjut, pada saat negara itu mengetasi konflik beberapa bulan terakhir,” kata Christof Heyns, Pelapor Khusus tentang eksekusi dalam siaran pers PBB.
Partai-partai oposisi menuntut agar pemerintah mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada sebuah lembaga independen untuk mengawasi pelaksanaan pemilu mendatang.
Molla adalah salah satu politisi dari lima pemimpin oposisi, yang dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Kejahatan Internasional, yang didirikan tahun 2009 untuk menyelidiki kejahatan Perang Kemerdekaan Bangladesh tahun 1971.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Sejumlah 250 orang dilaporkan tewas dalam aksi jalanan sejak putusan pertama pengadilan itu dijatuhkan Januari lalu. (T/P014/P09/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)