Ankara, MINA – Penelitian baru menunjukkan bahwa pengiriman minyak mentah dari Turkiye ke Israel terus berlanjut, meskipun Ankara memberlakukan embargo perdagangan pada Mei 2024 atas tindakan genosida Israel di Gaza.
Data pengiriman dan citra satelit yang dikumpulkan oleh para peneliti dari kampanye Stop Fuelling Genocide, yang didukung oleh Progressive International, menunjukkan bahwa sebuah kapal tanker mengirimkan minyak mentah langsung dari pelabuhan Ceyhan di Turkiye ke sebuah jaringan pipa dekat Ashkelon di Israel. Mengutip Middle East Eye (MEE), Kamis (28/11).
Pelabuhan tersebut merupakan pemberhentian terakhir jalur pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC), yang mengangkut minyak mentah dari Azerbaijan.
Minyak tersebut kemudian dikirim dari Terminal Heydar Aliyev di Ceyhan ke Israel, yang mencakup hampir 30 persen dari impor minyak mentahnya.
Baca Juga: Warga Demo di Depan Parlemen Eropa, Stop Genosida Gaza
Pada tanggal 10 November, di tengah protes global terhadap peran Turkiye dalam memfasilitasi pengiriman, menteri energi negara itu membantah bahwa ada kapal tanker minyak yang menuju Israel telah meninggalkan pelabuhan Ceyhan sejak Ankara memulai embargo perdagangannya.
Namun penelitian baru menunjukkan bahwa sebuah kapal tanker minyak mentah mengangkut minyak mentah Azeri di Ceyhan pada akhir Oktober 2024 lalu mematikan sinyal pelacakannya, dan baru muncul kembali beberapa hari kemudian di Sisilia.
Dengan menggunakan citra satelit, para peneliti dapat melacak kapal yang berlabuh di terminal minyak dekat Ashkelon, Israel.
Data pengiriman laut mengungkapkan bahwa kapal tanker Seavigour tiba di terminal Haydar Aliyev di Ceyhan pada tanggal 28 Oktober dan tercatat lebih berat setelah keberangkatan.
Baca Juga: Ratusan Ribu Dolar Donasi Terkumpul di London untuk Pendidikan Pelajar Gaza
Karena terminal tersebut merupakan titik terakhir pada jaringan pipa BTC, dan hampir secara eksklusif mengekspor minyak mentah menurut Marine Traffic, para peneliti mengatakan ini menunjukkan bahwa kapal tanker tersebut kemungkinan mengangkut minyak mentah Azeri.
Ketika kapal tanker itu mencapai Laut Mediterania Timur pada tanggal 30 Oktober 2024, kapal itu mematikan sinyal pelacakannya, dan baru muncul kembali tujuh hari kemudian ketika menuju Pelabuhan Riposto di Sisilia.
Menurut catatan pelabuhan, kapal tanker itu tiba di Sisilia dengan bobot yang lebih ringan, yang menunjukkan bahwa kapal tersebut telah menurunkan muatannya di antara dua pemberhentian yang tercatat.
Dengan menggunakan citra satelit, para peneliti dapat mengidentifikasi kapal tanker itu berlabuh di terminal EAPC dekat Askelon, Israel, pada tanggal 5 November 2024.
Baca Juga: Afsel: Upaya Minta Pertanggungjawaban Atas Kejahatan Israel Bukan Anti Semitisme
Para peneliti mengatakan mereka yakin pengiriman ini bukan pengiriman satu kali saja dan sejumlah kapal tanker minyak telah menggunakan rute tersebut sejak embargo perdagangan Turkiye diberlakukan pada bulan Mei.
“Bukti untuk Seavigour hanyalah puncak gunung es dalam kaitannya dengan perdagangan yang sedang berlangsung antara Israel dan Turkiye,” kata Felix, seorang peneliti dari kampanye Stop Fuelling Genocide, kepada Middle East Eye (MEE) menggunakan nama samaran.
MEE sebelumnya melaporkan bahwa kelompok advokasi Oil Change International, yang menulis laporan yang melacak pengiriman minyak ke Israel hingga Juli 2024, mengatakan sumber datanya menunjukkan banyak pengiriman dari Ceyhan sejak Mei tahun ini.[]
Mi’raj News Agency (MINA)