Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Empat Pilar Peradaban Islam (Oleh: Ali Farkhan Tsani)

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 5 Juli 2020 - 16:28 WIB

Ahad, 5 Juli 2020 - 16:28 WIB

63 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA

Umat Islam memiliki peran penting dalam menata peradaban dunia berdasarkan syariat Islam yng rahmatan lil ‘alamin.

Seorang pakar sejarah Prof. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, mengatakan bahwa Islam memiliki empat pilar peradaban yang dapat menata dunia. Yaitu: karakter Tauhidullah, nilai universalitas, keseimbangan dan sentuhan akhlak.

Pertama, Peradaban Islam memiliki ciri Tauhidullah. Yaitu bahwa ia tegak atas dasar konstruksi hubungan manusia dengan Allah. Allah Tuhan semesta alam yang tidak ada Tuhan selain-Nya. Tidak ada yang sebanding dengan kekuasaan-Nya,

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Dialah yang meninggikan dan menghinakan, Dialah yang menganugerahi dan mencabut kembali karunia-Nya. Dia Allah pulalah yang mensyariatkan aturan bagi seluruh hamba-hamba-Nya.

Karenanya, manusia-manusia peradaban generasi Rabbani, adalah hamba-hamba Allah yang tunduk pada hukum-hukum Allah. Segala temuan, penelitian, ilmu pengetahuan dan budaya, senantiasa dipertautkan dengan petunjuk Allah. Semua bertumpu dan tertuju pada kalimat, “Laa ilaaha illallaah”. Semua dilakukan karena Allah, bagi Allah dan berdasarkan petunjuk Allah.

Kedua, Peradaban Islam memiliki ciri Universalitas. Yaitu  mampu mempersatukan manusia dari seluruh asal muasal, warna kulit, ras, suku dan bahasa.

Jadi, tidak ada kelas-kelas rasisme dalam Islam. Semua diperlakukan dengan sama.  Semua di sisi Allah sama derajatnya, kecuali takwa yang membedakannya di sisi Allah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Ini seperti Allah sebutkan di dalam Al-Quran:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْ‌ۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat [49]: 13).

Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara terjadwal mengirim utusannya untuk membawa nilai-nilai tauhid dan universalitas itu kepada masyarakat dunia.

Rasul mengirim utusan kepada Kaisar Romawi, Raja Persia, Raja Muqawqia Agung, Raja Qibti Mesir, hingga Raja Habasyah Afrika.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

Karena itulah, prinsip dakwah adalah menyampaikan Al-Haq kepada seluruh manusia di dunia ini. Melalui pengiriman para da’i ke penjuru dunia lewat dunia kuliah maupun kerja, melalui media online dalam berbagai bahasa internasional yang menjangkau manusia seluas mungkin dan melalui mu’tamar jamaah haji seluruh dunia pada bulan Dzulhijjah maupun pada waktu-waktu Umrah sepanjang tahunnya.

Ketiga, Peradaban Islam memiliki ciri Keadilan. Inilah karakteristik unggul peradaban Islam yang dapat menempatkan antara dua sudut yang saling berhadap-hadapan atau bertentangan.

Islam mengajarkan kita untuk berlaku berimbang, sehingga terhindar dari berbuat dzalim. Tidak boleh cenderung kepada salah satu di antara keduanya dengan suatu pengaruh dan menusuk pihak yang berlawanan.

Juga agar kita tidak mengambil salah satu dari dua belah pihak lebih dari haknya. Bahkan terhadap orang yang tidak disukai sekalipun, tetap wajib berlaku adil.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

Allah menegaskan di dalam firman-Nya:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٲمِينَ لِلَّهِ شُہَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِ‌ۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّڪُمۡ شَنَـَٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْ‌ۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰ‌ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Maidah [5]: 8).

Itulah prinsip tawazun, kesimbangan, yang melekat pada risalah Islam yang kekal, yang datang untuk memperluas sudut-sudut bumi dan perputaran zaman.

Begitupun peradaban islam hadir menghimpun antara keperluan ruh dan jasad, duniawi dan ukhrawi, antara ilmu syariat dan ilmu hayat, dan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

Maka, dalam Islam sangat terlarang melakukan penzaliman satu orang atas orang lain, penindasan dan penjajahan satu bangsa atas bangsa lain. Karena di situ terdapat perampasan hak-hak asasi manusia secara tidak adil.

Keempat, Peradaban Islam memiliki ciri Sentuhan Akhlak. Akhlak, inilah yang membedakan umat Islam dengan manusia lainnya. Nilai-nilai akhlak ini pun masuk dalam setiap kehidupan manusia.

Nilai-nilai akhlak ini masuk ke dalam dunia ilmu pengetahuan, ekonomi, kemasyarakatan, bahkan dalam perdamaian dan peperangan sekalipun. Dan yang lebih pokok adalah bahwa sumber akhlak peradaban Islam adalah wahyu Allah. Sehingga akhlak itu merupakan nilai-nilai yang tinggi dan dapat memperbaiki setiap manusia di setiap zaman dan waktu.

Hal yang lebih mulia lagi adalah bahwa pondasi pokok akhlak itu adalah hadirnya perasaan manusia terhadap pengawasan Allah. Sehingga sentuhan akhlak ini menyebabkan terwujudnya rasa aman yang menjamin kesinambungan peradaban yang abadi.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat

Inilah kelebihan manusia berakhlak di atas lainnya. Seperti Allah sebutkan di dalam ayat:

وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَـٰهُمۡ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَـٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَفَضَّلۡنَـٰهُمۡ عَلَىٰ ڪَثِيرٍ۬ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلاً۬

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra [17]: 70).

Dengan sentuhan akhlak inilah, akan terjadi saling menghormati, saling menghargai dan saling menopang atau sama lainnya. Baik antar sesama umat Islam, sesama anak bangsa, hingga sesama anak manusia sejagad.

Islam sangat mengedepankan nilai-nilai hablum minallah dan hablum minannaas, bersifat rahmatan lil ‘alamin. Sehingga kemanfaatan, kesejahteraan dan kebaikan Islam amat dirasakan bukan hanya oleh umat Islam sendiri. Namun juga oleh seluruh manusia pada umumnya. Bahkan binatang, lingkungan dan alam semesta ikut menikmatinya.

Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan

Semoga peradabn Islam nan indah dan bersahaja dapat secara bertahap terwujud kembali ke permukaan bumi ini. Sehingga dunia akan tertata dengan penuh kedamaian, kesejahteraan dan kebaikan. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom
Kolom
Kolom
Indonesia
MINA Preneur
Indonesia
Indonesia