Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA
Rasanya tak pernah ada orang yang tak menginginkan hidupnya diliputi dengan kebahagiaan. Sebaliknya, tak pernah ada pula orang yang menginginkan hidupnya dalam kesengsaraan. Bahagia dan sengsara adalah paradoks kehidupan yang mau tidak mau pasti akan dialami setiap manusia. Dalam menjalani proses kebahagiaan atau pun kesengsaraan itu, setiap orang tentu saja tidak sama menyikapinya.
Seorang Muslim, sudah tentu melihat kebahagiaan dan kesengsaraan adalah ujian yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya. Sikap menyadari dengan sesadar-sadarnya inilah yang membedakan seorang Muslim dengan orang selainnya. Bisa jadi, seorang Muslim yang diberi ujian berupa kesengsaraan hidup oleh Allah Ta’ala, akan menerima dan melihatnya sebagai satu tempaan imannya. Karena itu, sikap terbaik yang harus ditunjukkannya adalah sabar.
Begitu juga sebaliknya, jika ia diuji dengan mendapatkan kebahagiaan hidup maka sikap yang patut dan pantas baginya adalah menyukuri dengan sebenar-benar rasa syukur atas segala nikmat kebahagiaan itu. Dengan bersyukur itulah ia yakin Allah Ta’ala akan terus menambah dan ‘mengekal’-kan nikmat baginya. Sabar bila diberi ujian dan syukur bila dititipi kebahagiaan berupa kekayaan, kedudukan, banyaknya anak-anak dan besarnya pengaruh adalah sikap unik seorang mukmin yang tidak pernah dimiliki oleh orang diluar mukmin.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Terkait rasa sabar dan syukur yang menjadi kunci kehidupan seorang mukmin itu, sudah pernah disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 2999).
Paling tidak ada empat tanda kebahagiaan dan empat tanda kesengsaraan, seperti dalam sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wasallam, “Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan 4 perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani Dalam Silsilah Al- Ahadits Ash-Shahihah no. 282).
Empat Tanda Bahagia
Merujuk pada hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di atas, maka tanda kebahagiaan itu bisa dijabarkan sebagai berikut.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Pertama, istri shalihah. Inilah tanda kebahagiaan pertama bagi seorang lelaki muslim, yakni mempunyai pasangan hidup (istri) shalihah. Punya istri shalihah itu sangat penting bagi seorang lelaki muslim. Dalam beberapa hadis dijelaskan ada beberapa keuntungan bagi seorang lelaki muslim jika dianugerahkan kepadanya seorang istri shalihah. Berikut beberapa hadis yang menyatakan betapa untungnya mempunyai istri shalihah.
a). Abdullah bin Amr radhiallahu’anhuma meriwayatkan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467). Andai, hidup seorang lelaki muslim itu diliputi kekurangan, maka ia tetap mempunyai sebaik-baik perhiasan dunia saat ia mempunyai istri shalihah. Istri shalihah tidak akan pernah menuntut macam-macam kepada suaminya, sebab ia tahu benar akan kemampuan suaminya dalam mencari nafkah. Tapi bukan berarti seorang pria muslim harus berpangku tangan, tentu hal ini tidak dibenarkan.
b). Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam bersabda kepada Umar ibnl khathhab radhiallahu ’anhu, “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Sahih 3/57: “hadits ini shahih di atas syarat Muslim.).
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Jadi, perbendaharaan seorang lelaki Muslim yang terbaik bukanlah tabungannya yang milyaran rupiah tersimpan di bank, atau kendaraan yang banyak lagi mewah bertebaran di halaman rumahnya, atau sawah ladangnya yang luas, kedudukannya yang tinggi, pengaruhnya yang besar ditengah masyarakat. Tapi perbendaharaan terbaik bagi seorang lelaki Muslim adalah istri shalihah, subhanallah.
c). Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Dimana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata, ‘Aku tak dapat tidur sebelum engkau rida’.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287).
Istri shalihah adalah istri yang penuh rasa kasih sayang tidak kasar kepada suaminya terlebih lagi kepada buah hatinya. Istri shalihah adalah seorang wanita yang subur sehingga dari rahimnya lahir anak-anak yang banyak, dan ia begitu sabar mendidik serta merawat anak-anaknya karena semata-mata mengharap ridha Allah Ta’ala.
Istri shalihah adalah seorang wanita yang selalu kembali kepada suaminya; artinya setiap ada permasalahan ia selalu pecahkan bersama suaminya, bukan kepada lelaki lain yang haram baginya untuk berbagi masalah rumah tangganya. Ia juga selalu menjaga kehormatan dirinya serta menundukkan pandangan atas lelaki yang tidak halal baginya. Apa pun permasalahan yang dihadapinya, maka suaminyalah tempat ia kembali untuk berbagi; bukan kepada orang lain.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Istri shalihah juga adalah seorang wanita yang jika suaminya marah, maka ia merasa gelisah, takut dan sangat khawatir jika suaminya tak ridha kepadanya. Ia tak mau mempertahankan diri meski ia merasa benar. Bukan kebenaran yang ia rebut, tapi sebaliknya kesalahan yang ia rebut walau bisa jadi kebenaran ada padanya. Tapi karena ia menginginkan keridhaan suaminya dan rahmat dari Allah semata, maka ia lebih senang berebut kesalahan dan segera mendatangi suaminya seraya berkata, “Sungguh sayang, aku tidak bisa tidur sebelum engkau rida kepadaku. Maafkan semua kata dan prilakuku yang sudah membuatmu marah.”
Subhanallah…inilah diantara beberapa ciri istri shalihah. Pantaslah jika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan tanda kebahagiaan pertama kali dalam kehidupan seorang lelaki muslim adalah saat ia mempunyai istri shalihah, dan bukan yang lainnya. Masih banyak hadis lain yang menjelaskan tentang siapa dan bagaimana istri shalihah itu.
Kedua, tempat tinggal yang luas/lapang. Tak bisa dipungkiri mempunyai rumah atau tempat tinggal yang luas akan berpengaruh kepada perasaan. Rumah dengan ruangan yang luas, taman yang luas tempat bercengkrama keluarga apalagi saat keluarga besar kumpul, tentu sangat membantu sehingga tidak bingung mencari tempat tumpangan ke tetangga misalnya. Rumah yang luas juga bisa menjadi tempat terbinanya sebuah tarbiyah ruhiyah seperti tempat berlangsungnya taklim-taklim untuk mengkaji hukum dan syariat Islam. Banyak manfaat lain ketika Allah Ta’ala menakdirkan hamba-Nya memiliki tempat tinggal yang luas dan lapang.
Ketiga, tetangga yang shalih. Bisa dibayangkan jika kita mempunyai tetangga yang suka melanggar perintah Allah? Karena itu, mempunyai tetangga yang shalih (baik) merupakan satu dari empat tanda kebahagiaan yang dimiliki seorang muslim. Tetangga yang baik akan menjadi wasilah (perantara) bagi tetangga muslim lainnya menggapai surga. Karena itu, banyak hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang berbicara seputar tetangga ini, antara lain sebagai berikut.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
a). Larangan keras mengganggu tetangga. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak akan masuk surga, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari 6016 & Muslim 46).
b). Wasiat Jibril untuk memperhatikan tetangga. Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menuturkan, “Jibril selalu berpesan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengira tetangga akan ditetapkan menjadi ahli warisnya.” (HR. Bukhari 6014 & Muslim 2624).
Dahsyat, hadits di atas mengandung makna betapa pentingnya seorang Muslim memperhatikan tetangga, sampai-sampai Malaikat Jibril pun langsung berpesan kepada teladan terbaik manusia Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
c). Menyakiti tetangga lebih besar dosanya. Dari Miqdad bin Aswad radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Seseorang yang berzina dengan 10 wanita, dosanya lebih ringan dibandingkan dia berzina dengan satu orang istri tetangganya. Seseorang yang mencuri 10 rumah, dosanya lebih ringan dibandingkan dia mencuri satu rumah tetangganya.” (HR. Ahmad 23854 dan dinyatakan Syu’aib Al-Arnauth sanadnya bagus). Masih banyak hadits-hadits lain betapa pentingnya punya tetatangga yang baik dan berbuat baik kepadanya.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam, tak Ada Jejak Yahudi Sedikit Pun
Keempat, tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Siapa yang ingin mempunyai kendaraan yang nyaman. Ada begitu banyak manfaat saat seorang muslim memiliki kendaran yang bagus. Selain untuk membangun ukhuwah yang kuat dengan silaturahim, juga bisa digunakan untuk membantu saudara seiman yang memerlukan bantuan jasanya.
Kendaraan merupakan salah satu nikmat yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada manusia. Hal ini juga sebagai bukti curahan kasih sayang Allah Ta’ala kepada para makhluk-Nya. Hal ini karena segala nikmat yang kita terima atau musibah yang kita terhindar darinya merupakan tanda kasih sayang Allah Ta’ala kepada kita. Allah Ta’ala berfirman
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (٤١)وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ (٤٢
“Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam perahu yang penuh muatan, dan Kami ciptakan bagi mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.” (Qs. Yasin: 41-42)
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas, “Tanda dalam ayat tersebut maksudnya adalah tanda kekuasaan Allah. Namun, di dalamnya juga terdapat tanda yang lain, yaitu rahmat Allah kepada makhluk, serta kenikmatan yang diberikan kepada kita.” Selanjutnya beliau juga menerangkan bahwa ayat tersebut menjadi dalil atas kekuasaan Allah Ta’ala, rahmat, dan karunia-Nya bagi kita, yaitu dengan adanya perahu untuk mengarungi lautan menuju ke tempat yang lain, mengangkut manusia, hewan-hewan ternak, dan semua yang bermanfaat untuk kita. Dan Allah Ta’ala menjadikan perahu tersebut nyaman untuk dikendarai sebagai nikmat bagi kita semua.
Adapun empat tanda kesengsaraan adalah kebalikan dari empat tanda kebahagiaan tersebut di atas. Semoga Allah Ta’ala memudahkan semua urusan kita sehingga kita bisa mendapatkan kebahagiaan seperti tersebut dalam hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di atas. Wallahua’lam. (R02/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata