Tepi Barat, MINA – Memasuki hari keenam, sebanyak empat warga Palestina meninggal dan lebih dari 1.700 lainnya terluka dalam gerakan intifadhah melawan pasukan keamanan Israel yang dilakukan di hampir seluruh wilayah Palestina sebagai bentuk penolakan atas kebijakan pemindahan ibu kota Israel ke Kota Al-Quds (Yerusalem).
Dalam keterangan resminya, Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa (12/12), menyebutkan sejumlah 1.778 warga terluka dalam aksi tersebut. Sementara Bulan Sabit Merah Palestina melalui keterangan pers melansir sebanyak 1.795 warga terluka. Dari jumlah tersebut mayoritas korban merupakan warga Palestina yang melancarkan intifadhah (gerakan perlawanan) di Tepi Barat.
Aksi intifadhah yang berlangsung sejak Kamis (7/12) lalu meletus dan terus bergulir di sebagian besar wilayah Palestina tepat sehari usai pernyataan resmi Presiden Amerika Serikat (AS) yang mengakui Al-Quds ibu kota Israel.
Keputusan yang menuai banyak kecaman dari masyarakat dan para pemimpin dunia internasional tersebut semakin memanaskan situasi konflik Palestina – Israel dan dikhawatirkan melahirkan ketegangan lebih besar di kawasan Timur Tengah.
Baca Juga: Israel Halangi Evakuasi Jenazah di Gaza Utara
Kekhawatiran tersebut tampaknya mulai terlihat dengan munculnya bentrokan fisik antara warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza serta aksi demo di berbagai belahan dunia. Tidak sedikit dari demo tersebut yang juga berakhir ricuh dan memakan korban luka.
Sejumlah aksi unjuk rasa warga gaza di wilayah perbatasan berbuntut pecahnya bentrokan melawan militer Israel. Kekuatan tak berimbang antara militer Israel dan para pengunjuk rasa berujung jatuhnya puluhan korban luka dari pihak Palestina.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mencatat, 97 warga Palestina terluka sejak pagi hingga malam Senin kemarin. Sebanyak 60 di antaranya menderita sesak nafas akibat menghirup gas air mata. para korban tersebut langsung mendapatkan perawatan di lokasi bentrokan.
Sementara 37 di antaranya harus dibawa ke rumah sakit karena tertembak peluru tajam militer Israel.
Baca Juga: Keluarga Tahanan Israel Kecam Pemerintahnya Sendiri
Sejumlah pemimpin negara, kepala pemerintahan, ulama yang tergabung di berbagai organisasi internasional menentang dan menuntut Trump menarik keputusan tersebut. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyebut keputusan pemindahan ibu kota Israel ke Al-Quds bisa membahayakan proses perdamaian Palestina – Israel.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo melakukan sejumlah pembicaraan dengan berbagai pemimpin negara diantaranya Mahmoud Abbas menegaskan dukungannya terhadap Palestina dan mendorong penyelenggaraan segera KTT Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Dalam rangka itu, Presiden Joko Widodo hari ini, Selasa (12/12) bertolak ke Istanbul, Turki, guna menghadiri KTT Luar Biasa OKI soal Yerusalem yang akan digelar pada Rabu, 13 Desember 2017. Presiden Joko Widodo menyebut, pertemuan itu sangat penting. Pasalnya menjadi kesempatan negara-negara anggota OKI untuk bersama-sama menolak keputusan Donald Trump. (T/Taufiq/R01)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
Mi’raj News Agency (MINA)