erdogan-300x169.jpg" alt="" width="300" height="169" />Istanbul, MINA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa mengadakan pembicaraan tilpon dengan Aung San Suu Kyi pemimpin de facto Myanmar tentang pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Rohingya.
Seorang pejabat di kantor Presiden Turki mengatakan, percakapan telepon itu dilakukan saat Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu Selasa (5/9) bersiap berangkat keesokan harinya ke Bangladesh, di mana ribuan orang Rohingya mencari perlindungan dari tindakan sadis pasukan Myanmar dan ekstremis Buddha. Anadolu melaporkan dikutip Miraj News Agenc (MINA), Rabu (6/9).
Erdogan mengatakan kepada Suu Kyi, meningkatnya serangan terhadap Rohingya telah menyebabkan maraknya kecemasan terutama di negara-negara Muslim, kata pejabat tersebut dengan syarat tidak disebutkan namanya karena pembicarana ini bersifat rahasia.
Pemimpin kedua negata juga membahas memberikan bantuan kemanusiaan dan menyelesaikan krisis,
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Menurut pejabat tersebut, Erdogan mengutuk terorisme dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional. Presiden berjanji dukungan Turki untuk mengakhiri kekerasan tersebut.
Operasi keamanan baru di bagian utara negara bagian Rakhine telah memicu gelombang pengungsi Rohingya ke Bangladesh, yang sekarang telah menutup perbatasan timurnya.
Pengungsi telah menggambarkan tentara dan massa Budhis membakar desa mereka dan membunuh warga sipil untuk memaksakannya keluar.
Menurut PBB pada hari Selasa, 123.600 Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh sejak tindakan keras tersebut dimulai pada 25 Agustus.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Cavusoglu akan melakukan perjalanan ke Bangladesh pada hari Rabu untuk berbicara dengan pengungsi Rohingya, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam kondisi anonimitas.
Dia akan mengunjungi sebuah kamp di Cox’s Bazar, sebuah pelabuhan di dekat perbatasan, dan bertemu dengan pejabat pemerintah Bangladesh. (T/R13/P1)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata