Istanbul, 29 Rajab 1434/8 Juni 2013 (MINA) – Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam negara-negara Barat yang menggunakan standar ganda dalam penanganan demo antipemerintah di suatu negara.
Erdogan menanggapi komentar Komisi Perluasan Uni Eropa Stefan Fule yang menekan Turki agar menangani secara cepat dan terbuka, tindakan pihak keamanan Turki terhadap para demonstran, katanya pada Press TV, Jumat (7/6).
Menurut Fule, aksi demonstrasi merupakan cara sah bagi kelompok tertentu untuk menyampaikan aspirasiya. Karenanya, penggunaan kekerasan berlebihan oleh polisi terhadap demonstran tidak memiliki tempat dalam demokrasi.
Erdogan balik mengecam Barat karena penerapan standar ganda. Alasannya, di negara-negara Barat, setiap kali ada aksi demontsrasi dari warganya seperti ini, pemerintah mereka pasti menghadapinya dengan keras.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
“Mereka mencoba mengajarkan kita pelajaran. Padahal mereka sendiri saat aksi Wall Street di Amerika, keamanan setempat langsung menggunakan gas air mata, mengakibatkan 17 orang meninggal. Penanganan serupa terjadi di Inggris, Perancis, Jerman dan meluas di Yunani. Demo terjadi di negara-negara anggota Uni Eropa,” balas Erdogan, seperti diberitakan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency),
Demonstrasi antipemerintah Turki memang sedang terjadi di Istanbul, Ankara, Izmir, Mugla, dan Antalya sejak 31 Mei. Para pengunjuk rasa menyerukan pengunduran diri Erdogan sebagai perdana menteri.
Menurut Erdogan pemerintahnya menghormati hak untuk melakukan protes dengan damai warganya dalam batas-batas demokrasi dan hukum.
Namun tidak ada hak bertindak melawan hukum maupun membuat kerusuhan dan kerusakan kepada para penjaga toko, warga atau pejalan kaki, katanya. (T/P05/R1).
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu