Ankara, 22 Shafar 1438/22 November 2016 (MINA) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membandingkan tindakan Israel di Jalur Gaza dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler, usai pemerintahnya dan Israel secara resmi berdamai setelah enam tahun perselisihan, DPA melaporkannya.
“Saya tidak setuju dengan apa yang Hitler lakukan, dan saya juga tidak setuju dengan apa yang Israel lakukan di Gaza,” kata Erdogan dalam wawancara langka dengan televisi Israel, Senin kemarin. “Tidak ada tempat untuk membuat perbandingan tentang tindakan lebih barbar,” tambahnya.
Komentar Erdogan nampaknya jadi lebih tegas di atas pernyataan yang ia buat pada tahun 2014, selama serangan militer Israel di Jalur Gaza Palestina terisolasi, di bawah blokade ketat.
Dia kemudian menuduh Israel melakukan genosida dan mengatakan tindakannya lebih barbar dari rezim Nazi, demikian laporan IINA yang dikutip MINA.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Bulan ini, kedua negara sepakat untuk bertukar duta besar, untuk pertama kalinya sejak 2010. Pada tahun itu, serangan Angkatan Laut Israel terhadap armada bantuan ke Jalur Gaza menewaskan 10 warga Turki.
Erdogan tetap marah tentang serangan pasukan khusus Israel jkepada kapal bantuan, mengatakan alibi Israel bahwa tentaranya berusaha untuk mencegah pertumpahan darah ketika naik kapal Mavi Marmara di perairan internasional adalah “semua kebohongan.”
Wawancara itu menjadi pertama kalinya Erdogan dengan media Israel sejak kedua negara memperbaiki hubungan selama musim panas.
Israel setuju untuk membayar 20 juta dolar sebagai kompensasi, meminta maaf atas insiden tersebut, dan memungkinkan Turki untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Namun, tuntutan utama Ankara bahwa Israel mengakhiri blokade di Gaza tidak dipenuhi sebagai bagian dari kesepakatan rekonsiliasi. Erdogan mengatakan bahwa pemerintahannya mendukung solusi dua negara. Presiden Turki juga mengatakan Hamas harus memiliki kursi di meja yang mewakili Palestina, dan pelanggaran terhadap Masjid al-Aqsha harus berhenti.
Ditanya apakah Turki akan bertindak sebagai mediator, Erdogan mengatakan: “Jika diminta dari kita, mengapa tidak? Kami inginkan adalah damai bagi wilayah itu.” (T/R05/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza