erdogan-300x204.jpg" alt="Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Iran untuk menarik pasukannya dari Yaman. (Foto: World Bulletin)" width="300" height="204" /> Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Iran untuk menarik pasukannya dari Yaman. (Foto: World Bulletin)
Ankara, 17 Jumadil Akhir 1436/6 April 2015 (MINA) – Laporan resmi dari kepresidenan Turki pada Sabtu (4/4) kemarin menyatakan, Presiden Erdogan akan melakukan kunjungan resmi ke Iran pada Selasa (7/4).
Erdogan diberi undangan resmi oleh Presiden Hassan Rouhani untuk mengunjungi negara Iran. Kedua pemimpin diperkirakan akan membahas hubungan bilateral dan isu-isu regional serta internasional dalam pertemuan mereka.
“Selama kunjungan hubungan bilateral akan dibahas dalam semua aspek, dan juga akan ada pertukaran pandangan mengenai isu-isu regional dan internasional,” kata laporan itu, demikian World Bulletin yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Selama kunjungannya ke Teheran, yang menjadi kunjungan pertama Presiden Turki ke Iran dalam empat tahun terakhir, Erdogan akan menghadiri pertemuan Dewan Kerjasama Turki-Iran.
Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din
Sebelumnya, pertemuan pertama Dewan diadakan pada 9 Juni 2014 lalu, di Ankara, dan diketuai Erdogan yang dihadiri oleh Presiden Rouhani.
Erdogan juga diharapkan untuk mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden Iran dan otoritas keagamaan tertinggi di negara itu, Ayatollah Ali Khamenei, di ibukota Teheran.
Di lain pihak, rencana kunjungan Erdogan mendapat penentangan dari beberapa anggota parlemen Iran. Mereka sebelumnya telah memanggil utusan Turki di Teheran untuk membatalkan kunjungan itu, setelah Erdogan secara terbuka mendukung operasi Arab Saudi terhadap kelompok radikal Houthi di Yaman dan mengkritik Teheran untuk mencoba mendominasi wilayah tersebut.
Untuk diketahui, kedua negara memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Iran menjadi pemasok gas terbesar kedua untuk energi Turki dan menyediakan sekitar 10 miliar meter kubik per tahun.
Baca Juga: Mesir akan Jadi Tuan Rumah KTT Arab tentang Rekonstruksi Gaza
Namun hubungan diplomatik kedua negara tengah renggang dalam beberapa tahun terakhir yang diakibatkan dari perbedaan pendapat terkait bagaimana untuk menyelesaikan perang saudara di negara tetangga mereka, Suriah. (T/P011/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turki Renovasi Bandara Internasional Damaskus yang Rusak Imbas Perang Saudara