Istanbul, 14 Ramadhan 1435/12 Juli 2014 (MINA) – Perdana Menteri Turki dan calon presiden Recep Tayyip Erdogan dengan lantang menyeru Israel segera menghentikan serangan di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 100 warga Palestina tak berdosa.
Dalam presentasi manifesto pemilihannya di Halic Congress Center, Istanbul pada Jumat (11/7), Erdogan mengatakan bahwa salah satu dari tiga kondisi yang diperlukan untuk menormalkan hubungan terputus Turki dengan Israel adalah mengakhiri blokade Gaza, Anadolu Agency yang dikutip MINA.
“Sementara saudara-saudara kita sedang dibom dan dibunuh di Palestina dan Gaza, kita tidak bisa menormalkan hubungan dengan Israel,” kata Erdogan. “Kami akan terus keras menyuarakan dukungan untuk perjuangan Palestina.”
Setidaknya 100 lebih warga Gaza tewas dan ratusan lainnya terluka sejak 7 Juli dalam serangkaian serangan udara Israel tak henti-hentinya berlanjut hingga Jumat.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan untuk menghentikan serangan roket yang berasal dari Jalur Gaza diperangi, yang merupakan tempat tinggal bagi 1,8 juta warga Palestina.
Sementara itu di hari yang sama dari Ramallah, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan adanya kemungkinan operasi darat terhadap Jalur Gaza dalam beberapa jam ke depan, namun hingga berganti hari, peringatan itu belum terjadi.
Abbas mengatakan pemerintah Israel telah menyetujui operasi darat terhadap Jalur Gaza dan tentara Israel telah meminta warga Palestina yang tinggal di wilayah perbatasan Gaza untuk meninggalkan rumahnya dan pergi ke dalam daerah.
Abbas mengungkapkan sejauh ini kepemimpinan Palestina terus-menerus membuat kontak di semua tingkat dalam upaya untuk memberikan perlindungan bagi Gaza dari “kehancuran”.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Ia mengatakan telah berbicara dengan para pejabat di pemerintahan Amerika untuk meminta mereka meyakinkan Israel agar menghentikan perang di Gaza.
Abbas menambahkan bahwa pemerintahnya juga mencoba meyakinkan gerakan perlawanan yang berbasis di Gaza Hamas untuk menghentikan operasinya melawan Israel. (T/P09/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas