Istanbul, MINA – Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan hari Jumat (23/12) mengkritik Yunani atas pendekatannya yang ‘brutal’ terhadap para migran.
“Sikap tetangga barat kita Yunani terhadap para migran kini telah mencapai tingkat kebrutalan,” kata Erdogan dalam pidatonya di kongres perdana Konferensi Yurisdiksi Konstitusional Dunia Islam di Istanbul, MEMO melaporkan.
“Sayangnya, negara-negara Barat tidak menanggapi ‘kebrutalan’ Yunani ini,” kata pemimpin Turki itu.
“Kami semua sangat sedih dengan ketidakpedulian terhadap gambar yang menyayat hati dari garis perbatasan dan tempat penampungan pengungsi yang menyerupai kamp Nazi,” katanya.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
“Pendekatan serupa juga disaksikan dalam perang melawan teroris dengan bersembunyi di balik frase “pencari suaka politik” untuk menampung teroris” tambahnya.
Menyalahkan Barat karena tidak cukup peka tentang masalah ini, Erdogan mengatakan negara-negara Barat dan beberapa institusi yang menutup pintu mereka bagi para migran dari Suriah, Irak, dan Afrika menunjukkan “tingkat toleransi yang tinggi terhadap kelompok teroris PKK dan FETO.”
“Kelompok teror separatis PKK memang membiayai serangannya ke Suriah, Irak, dan Turkiye dengan menerima dan mengumpulkan sumbangan dari negara-negara tersebut setiap tahun,” katanya lebih lanjut.
Selain itu, berbicara tentang krisis Suriah yang menurutnya telah merenggut nyawa lebih dari 1 juta warga Suriah, Erdogan berkomentar: “Sayangnya, umat manusia tidak memberikan ujian yang baik dalam menghadapi krisis ini.”
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“Negara-negara dan institusi Barat mengangkat suara mereka tentang “tragedi kemanusiaan di Suriah, hanya ketika para pengungsi mengetuk pintu mereka,” ujar Erdogan.
Ia mengatakan, alih-alih menemukan solusi untuk krisis, reaksi mereka diwujudkan dengan menutup para migran di balik pagar kawat berduri, kata presiden.
Menurutnya, mereka yang mengabaikan yang tertindas di luar perbatasan demi kemakmuran, keselamatan, dan keamanan mereka sendiri menampilkan “contoh fasisme yang paling primitive”.
Dalam lebih dari 35 tahun kampanye terornya melawan Turkiye, PKK yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turkiye, AS dan Uni Eropa bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak serta bayi.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Organisasi Teroris Fetullah (FETO) mengatur kudeta yang dikalahkan pada 15 Juli 2016 di Turkiye, di mana 251 orang tewas dan 2.734 terluka.
Ankara menuduh FETO berada di belakang kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi institusi Turki, khususnya militer, polisi, dan peradilan. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza