Ankara, 11 Dzulqa’dah 1435/6 September 2014 (MINA) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta AS untuk mengembalikan ulama ternama asal Turki, Fethullah Gulen yang sejak beberapa tahun tinggal di AS untuk kembali ke negaranya.
Erdogan mengatakan kepada wartawan saat dalam perjalanan ke Wales, untuk menghadiri pertemuan puncak NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara, Jumat (5/9).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA) mengutip Hurriyet melaporkan, Kepala Negara Turki itu bermaksud membahas masalah tersebut dengan Presiden AS, Barack Obama.
“Washington kami minta mengembalikan Gulen dan mengembalikannya kepada kami”, ujar Erdogan.
Baca Juga: Dua Tentara Cadangan Israel Ditangkap Atas Dugaan ‘Mata-Mata Iran’
Gulen mengasingkan diri ke Pennsylvania, AS sejak 21 Maret 1999, waktu itu dengan alasan keperluan berobat karena menderita suatu penyakit.
Sebelum pemerintahan Erdogan, Gulen pernah diadili pemerintah Turki tanpa keberadaannya di tempat (in absentia) pada tahun 2000, dengan dakwaan menjalankan operasi rahasia yang mengancam keamanan negara Turki.
Namun ia kemudian dibebaskan pada tahun 2008 di bawah pemerintah baru Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.
Fethullah Gulen mengembangkan pusat kajian Hizmet, sebuah gerakan masyarakat sipil yang terinspirasi dari keimanan, dalam kerangka nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal yang terdiri dari para relawan dan bertujuan untuk membentuk budaya hidup bersama.
Baca Juga: POPULER MINA] Trump Usul Relokasi Warga Gaza ke Indonesia dan Pertukaran Sandera
Di kalangan akademisi dan aktivis Islam, nama Gulen dikenal cendekiawan muslim terkemuka, penulis, penyair, dan aktivis pendidikan yang mendukung terwujudnya dialog antaragama dan budaya, ilmu pengetahuan, demokrasi dan spiritualitas.
Di Indonesia karya-karya terjemahnnya banyak diminati pembaca, di antaranya : Islam Rahmatan lil ‘Alamin Menjawab Pertanyaan dan Kebutuhan Manusia, Dakwah Jalan Terbaik dalam Berpikir dan Menyikapi Hidup, Bangkitnya Spiritualitas Islam, Membangun Peradaban Kita, Cahaya Al-Quran bagi Seluruh Makhluk, Cinta dan Tolerasni, serta Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia.
Erdogan dalam pidato resmi pelantikan dirinya sebagai presiden beberapa hari lalu, menekankan pentingnya prioritas menjaga perdamaian baik dalam maupun luar negeri, termasuk reformasi konstitusi dan rekonsiliasi internal. (T/P009/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkish Airlines Kembali Terbang ke Suriah setelah 11 Tahun