Istanbul, 24 Rajab 1434/3 Juni 2013 (MINA) – Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyeru para pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang pemerintahannya, Ahad malam (2/6), bahwa ia bukanlah diktator karena mereka telah memilihnya.
“Saya bukan penguasa rakyat. Kediktatoran tidak mengalir dalam darah saya atau dalam karakter saya. Saya pelayan masyarakat,” kata Erdogan dalam pidatonya.
“Jika mereka menyeru seorang pelayan rakyat yang ‘diktator’, saya mengatakan saya tidak ada hubungannya,” kata Erdogan dalam pidato kepada sebuah kelompok yang mewakili para migran dari negara-negara Balkan. “Satu-satunya kepedulian saya adalah melayani negara saya”.
Erdogan menyebut protes yang “ideologis” dan diorganisir oleh oposisi itu, tidak dapat mengalahkan pemerintah di kotak suara, lapor Press Tv yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Sejak Jumat (31/5), puluhan ribu demonstran anti-pemerintah mengadakan demonstrasi di Istanbul, Ankara, Izmir, Mugla, Antalya, dan banyak kota-kota lainnya.
Pada Ahad, sekitar 10.000 demonstran berkumpul di Istanbul Taksim Square menuntut agar Erdogan mengundurkan diri. Pada hari yang sama, sekitar 7.000 orang menggelar demonstrasi di ibukota Ankara yang berubah menjadi kekerasan. Pengunjuk rasa melemparkan bom api dan polisi menembakkan gas air mata.
Malam sebelumnya, sekitar 5.000 pengunjuk rasa mengepung kantor Erdogan di Kota Besiktas Istanbul, terletak di pantai Eropa dari selat Bosphorus. Mereka melempar batu dan melukai setidaknya tujuh polisi.
Pasukan polisi khusus menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan para demonstran.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Sementara itu pada Sabtu, 100.000 demonstran berkumpul di Taksim Square, menuntut Erdogan mundur.
Kerusuhan anti-pemerintah dimulai setelah polisi membubarkan aksi duduk yang di dipentaskan di Taksim Square pada Jumat untuk memprotes pembongkaran Gezi Park.
Para pengunjuk rasa mengatakan, Gezi Park merupakan titik pertemuan tradisional untuk unjuk rasa dan demonstrasi serta tujuan wisata yang populer sekaligus juga menjadi ruang hijau publik terakhir di kota.
Erdogan menyebutkan bahwa 89 kendaraan polisi, 42 mobil pribadi, empat bus dan 94 perusahaan dihancurkan oleh “vandalisme” dari para pengunjuk rasa. (T/P09/P01).
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
Mi’raj News Agency (MINA)