Aljir, MINA – “Terorisme penjajah” Israel di Gaza dan wilayah Palestina lainnya adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang merupakan “genosida,” kata Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (22/11).
“Kita harus memaksa Israel untuk mematuhi hukum internasional dan bertanggung jawab atas tindakannya. Kita juga harus mematahkan blokade di PBB,” kata Erdogan kepada wartawan dalam penerbangan pulang dari Aljazair. Anadolu Agency melaporkan.
Dia juga mengatakan, semua orang, termasuk pejabat asing, kini mengatakan kepada pihak Turkiye bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “harus mundur.”
Mengenai protes di seluruh dunia terhadap serangan Israel di Gaza, Erdogan berkata: “Politisi yang menutup telinga terhadap suara tersebut akan segera menghadapi respons demokratis dari masyarakat.”
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Pendudukan Israel di Gaza, meskipun mungkin membuat beberapa negara bungkam, tetapi menggugah hati nurani masyarakat, tambahnya.
Masyarakat Barat, yang berjuang melawan warisan Holocaust Nazi, kini gagal dalam ujian dan berada di pihak yang salah dalam sejarah konflik Palestina-Israel, tegas Erdogan.
Dia juga mengatakan, mengakhiri blokade Gaza hanya mungkin dilakukan melalui langkah-langkah yang diambil tidak hanya oleh beberapa negara, tetapi oleh semua negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Liga Arab.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 wanita, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang diblokade tersebut.
Sementara itu, korban tewas di Israel adalah sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya