Bogor, 6 Sya’ban 1436/24 Mei 2015 (MINA) – Erma Pawitasari, Ketua TIM Jurnal Pascasarjana UIKA (Universitas Ibn Khaldun) Bogor, mengatakan di Indonesia sebenarnya tidak perlu lagi mengusung tema emansipasi wanita, karena yang terjadi sudah melewati batas kodratnya, katanya pada seminar nasional “Liberalisasi Pendidikan di Indonesia” di UIKA Bogor, Sabtu (23/5).
Menurutnya, masyarakat Indonesia selama ini sudah salah mengartikan emansiapasi wanita. Sehingga sudah dalam kondisi yang terbalik, antara peran wanita dan laki-laki.
“Sudah ada fakta, wanita mencari nafkah sedangkan suami mengasuh anak di rumah, dan itu akan berdampak terhadap rumah tangga,” ungkapnya.
Padahal, katanya, dalam Islam tidak ada kewajiban wanita mencari nafkah. Jika pun wanita harus keluar rumah, maka tujuannya bukan mencari nafkah, tetapi untuk mencari pahala.
Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan
Ia juga mengatakan bahwa kesetaraan gender yang terjadi saat ini sudah bertentangan dengan fitrah kewanitaan itu sendiri.
Konsep kesetaraan gender itu sendiri, menurutnya, dibuat oleh para pakar pendidikan wanita di Amerika Serikat. Mereka membuat konsep pendidikan untuk perempuan sesuai dengan konsep kesetaraan gender. Mereka memberikan pendidikan khusus perempuan, agar dapat bersaing dengan kaum laki-laki.
“Padahal di dalam Islam memiliki tugas yang berbeda. Wanita dididik untuk berkerjasama bukan bersaing dengan laki-laki,” jelasnya.
Erma mengatakan pendekatan cara mengajar antara laki-laki dan wanita juga harus dibedakan. Jika siswa dididik sesuai gendernya, maka prestasi akan meningkat, lanjutnya.
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia
“Hasil tes di Florida, menyatakan anak laki-laki yang berada di kelas terpisah lebih unggul dibandingkan kelas yang tidak dipisah,” katanya.
Pendidikan menggunakan konsep laki-laki dan wanita dengan kelas terpisah bisa diwujudkan di Indonesia, dengan metode mengajar yang berbeda antara laki- laki dan perempuan. Hal tersebut bertujuan tercapainya pendidikan yang efektif.
Menurut pendapatnya, jika konsep pendidikan Indonesia saat ini tetap dilanjutkan, maka akan dapat merusak potensi alami wanita itu sendiri. Pendidikan hari ini menyebabkan wanita lebih malas untuk menikah dan sedikit memiliki anak.
Para pendidik Islam di Indonesia harus mulai memikirkan cara untuk membuat pendidikan yang sesuai dengan pendidikan Islam, dan dengan konsep pengarahan bagi laki-laki dan perempuan, ucapnya.
Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren
“Menjadi kekuatan yang luar biasa, jika kita mampu membuat buku paket sesuai ajaran Islam,” lanjutnya. (L/nda/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Konferensi Internasional Muslimah Angkat Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan