ETHIOPIA.jpg" alt="Ilustrasi kekeringan di Ethiopia. (Foto: dok. The Telegraph)" width="600" height="376" /> Ilustrasi kekeringan di Ethiopia. (Foto: dok. The Telegraph)
Addis Ababa, 12 Rabi’ul Akhir 1437/22 Januari 2015 (MINA) – Ethiopia menghadapi mimpi buruk ekologi berupa kekeringan terburuk dalam satu dekade, efek dari fenomena cuaca El Niño.
El Nino memicu penurunan drastis dalam ketahanan pangan dengan kegagalan panen berulang dan kawanan ternak yang binasa.
Media Carers of Africa melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat (22/1), sekitar 10,2 juta rakyat Ethiopia menghadapi masa depan yang pasti, yaitu kelaparan.
Kali ini pola El Nino adalah yang terkuat yang pernah tercatat, mengakibatkan penurunan hasil panen sebesar 50 sampai 90 persen dan gagal panen lengkap di beberapa daerah.
Baca Juga: PM Kanada Umumkan Tarif 25 Persen pada Produk AS
Menurut data terbaru Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), ternak juga lebih kurus dan lebih sakit karena kurangnya padang rumput dan air, membuat mereka cenderung mati lebih awal.
Sementara itu, tingkat kekurangan gizi akut bagi anak-anak adalah yang tertinggi yang pernah dilaporkan.
“Prospek untuk 2016 sangat suram,” kata Amadou Allahoury, Perwakilan FAO untuk Ethiopia. “Setelah dua musim berturut-turut gagal panen, keberhasilan musim tanam yang dimulai sekarang akan sangat penting untuk mencegah kondisi kian memburuk.”
Efek El Niño dikaitkan dengan pemanasan abnormal suhu permukaan laut di bagian Samudra Pasifik, mengakibatkan efek yang parah pada pola cuaca dan iklim global, akhirnya menyebabkan berkurangnya curah hujan dan terjadi kekeringan di beberapa daerah dan hujan lebat dan banjir di daerah lainnya.(T/P001/R05)
Baca Juga: Trump Gertak Mesir dan Yordania, Ancam Tahan Bantuan Jika Tolak Relokasi Warga Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Transparency Internasional Ungkap Dampak Korupsi bagi Perubahan Iklim