Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ETHIOPIA, SUDAN, MESIR BAHAS BENDUNGAN NIL 16-17 OKTOBER

Rudi Hendrik - Sabtu, 11 Oktober 2014 - 00:52 WIB

Sabtu, 11 Oktober 2014 - 00:52 WIB

804 Views

File photo of the Grand Renaissance dam in Guba Woreda, Benishangul Gumuz region
Pemandangan menunjukkan aktivitas konstruksi di bendungan Renaisans Baru di Guba woreda, wilayah Benishangul Gumuz pada 16 Maret 2014 (Foto: Reuters)

bendungan-nil-reuters-300x179.jpg" alt="Pemandangan menunjukkan aktivitas konstruksi di bendungan Renaisans Baru di Guba woreda, wilayah Benishangul Gumuz pada 16 Maret 2014 (Foto: Reuters)" width="300" height="179" /> Pemandangan menunjukkan aktivitas konstruksi di bendungan Renaisans Baru di Guba woreda, wilayah Benishangul Gumuz pada 16 Maret 2014 (Foto: Reuters)

Kairo, 17 Dzulhijjah 1435/10 Oktober 2014 (MINA) – Para menteri irigasi dan air dari Mesir, Ethiopia dan Sudan akan bertemu di Kairo pekan depan untuk membahas  pembangunan bendungan Renaisans Ethiopia baru untuk pembangkit listrik tenaga air.

Menteri Mesir Hossam Al-Moghazy mengatakan Kairo akan menjadi tuan rumah putaran kedua pembicaraan itu pada 16-17 Oktober, di mana sebuah panel tim ahli 12 akan memilih perusahaan konsultan internasional untuk tela’ah efek hidrologi, sosial dan lingkungan dari proyek Ethiopia tersebut.

Pembicaraan juga direncanakan akan membahas temuan terbaru dari tiga negara Afrika tersebut mengenai dampak dari bendungan, mengingat Sudan dan Mesir merupakan negara bendungan hilir aliran sungai Nil, Ahram yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Jumat melaporkan.

Kairo khawatir bendungan dengan proyek senilai 42 miliar dolar AS itu, di mana telah mencapai 40 persen, akan berdampak negatif pada pasokan air untuk negaranya.

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

Ethiopia mulai mengalihkan Nil Biru, anak sungai Nil, pada Mei tahun lalu untuk membangun bendungan yang juga mempunyai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan daya 6.000 megawatt. Bendungan yang akan menjadi yang terbesar di Afrika dijadwalkan selesai pada 2017.

Sebelum pembicaraan tingkat menteri, akan diadakan pertemuan para ahli masing-masing empat orang dari tiap negara pada empat hari sebelumnya, agar pertemuan tingkat menteri tiga negara berlangsung lebih efektif.

Sebelumnya, telah diadakan perundingan putaran pertama tanggal 20 September lalu di Addis Ababa, yang dikatakan para pejabat berhasil mencapai kemajuan dalam negosiasi.

Sebuah panel ahli, termasuk beberapa pakar internasional, menyimpulkan pada tahun lalu, bahwa studi untuk menilai dampak bendungan di aliran sungai Nil butuh waktu cukup lama dan penelitian akan terus berlanjut.

Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza  

Sebelumnya pada Agustus, Ethiopia, Mesir dan Sudan sepakat untuk menyelesaikan studi mengenai dampak bendungan dalam waktu enam bulan.(T/R04/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata

 

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Indonesia
Indonesia
Feature
Afrika
Afrika