Oleh Een Mutmainah, Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Bogor
Sabahat Muslimah…
Melihat kemajuan di zaman sekarang, begitu banyak dampak yang menjadi kehancuran bagi umat Islam. Seiring berjalan waktu kemodernan, mengupas tuntas akhlak manusia yang menjadi suatu keburukan. Namun tak bisa dipungkiri, akibat kemajuan peradaban membuat umat Muslim kehilangan akan akhlak dan etika keseharian mereka.
Sebagai seorang Muslim, semestinya kita mengacu kepada perintah Allah untuk mentaati-Nya, bergaul di masyarakat luas dengan akhlak dan etika yang baik. Jangan sampai etika pergaualan kita sebagai seorang Muslim dikalahkan dengan pergaulan bebas yang dilakuakan orang-orang luar yang terjangkit virus modernisasi.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Begitu banyak dalil-dalil yang mengatur etika seorang Muslim, yang menjelaskan akan etika pergaualan terhadap masyarakat luas, pergaualan terhadap orang tua, terhadap orang yang lebih muda, bahkan terhadap lawan jenis.
Sebagai seorang muslimah yang cantik hatinya, tentu ia akan menjaga kehormatannya dengan bergaul sesuai syari’at yang telah Allah perintahkan. Seperti fitrahnya seorang muslimah yang diciptakan dari tulang rusuk, yang dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai. Bagi seorang ikhwan yang taat akan Rabb-Nya, pasti ia akan melindungi muslimah itu bukan merusak kehormatannya.
Berbeda dengan pergaulan di zaman modern ini, baik muda mapaun tua semua terjangkit dengan virus kebebasan. Akibatnya mereka tidak bisa mengontrol nafsu mereka dengan ketidakpuasan tersendiri atas tindakan yang telah dilakukan, dan akhirnya mereka lebih memilih untuk mencari kenikmatan yang lain.
Pergaualan bebas tidak mengenal batasan antara laki-laki dan perempuan, yang mereka ketahui hanyalah kenikmatan semata. Sehingga tidak jarang di kalangan masyarakat begitu banyak problematika yang terjadi, karena pergaulan yang tidak sesuai perintah Allah.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Bukan hanya di kalangan masyarakat awam saja, tetapi para artis juga terlibat dalam kasus-kasus prostitusi akibat dari pergaulan bebas yang tanpa batas. Begitu ironis ketika melihat kaum hawa yang rela menjual kehormatannya demi kenikmatan di dunia. Tidak mudah memang untuk menyetarakan semua karakter setiap muslimah, apalagi muslimah yang hidup di pergaulan luar selalu mendapatkan tanggapan-tanggapan yang beranekaragam. Dan saat ini, semua tanggapan-tanggapan tersebut cenderung ke arah yang negatif, baik dari pesta obat-obat terlarang, bahkan yang sangat menghebohkan di media informasi saat ini adalah dampak pergaulan bebas yang sangat mengkhawatirkan.
Kecanggihan media informasi dan komunikasi saat ini semakin menimbulkan maraknya kemaksiatan yang bersifat tontonan seperti film, foto-foto di internet yang tidak bisa dibendung lagi. Sampai seumber kemaksiatan tersebut berada di setiap tempat, yang selalu mengumbar informasi yang tidak baik. Masalah ini sangat membutuhkan perhatian yang sangat serius, agar terhindar dari pergaulan yang tidak sewajarnya.
Dalam etikanya, seorang muslimah harus memahami point-point utama dalam bergaul menurut syari’at Islam:
Pertama, Paham Batas-Batas Berkomunikasi
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Seorang muslimah saat berkomunikasi dengan seorang ikhwan harus mengetahui batasan-batasan mana saja yang diperbolehkan yang sesuai syari’at, sehingga ia memiliki etika dalam berbicara dengan lawan jenisnya.
- Seorang muslimah hanya bisa menceritakan hal yang umum saja seputar kehidupan yang menyangkut pendidikan, mu’amalah, dan kesehatan. Hal ini sering dikenal sebagai hayatul ‘aam, di mana ia hanya diperbolehkan bercerita yang membahas tiga perkara tersebut. Dan ketika berinteraksi dengan lawan jenis, seorang muslimah harus bertindak dan berbicara seperlunya saja, tegas dan jelas. Bagi ikhwan tidak boleh mengetahui hal-hal pribadi muslimah tersebut kecuali ia telah dikhitbah dan melanjutkan ke jenjang pernikahan.
- Hayatul khas, hal ini mengenai seputar kepribadian yang hanya boleh diketahui oleh keluarga “mahram” dan sesama kaum muslimah lainnya. Misalnya: keadaan dirinya dan keluarganya, target hidup, target dakwah, dan lain-lain.
Seperti sabda Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya perkara halal itu jelas, dan perkara haram itu jelas; serta di antara keduanya terdapat perkara mutasyabihat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjauhi syubhat, sungguh ia telah terbebas dari dosa, dalam agama dan kehormatannya. sebaliknya, siapa yang terjerumus pada perkara syubhat berarti ia telah terjerumus dalam perkara haram.” (HR. Imam Bukhari, Muslim dan ashabun Sunan).
Kedua, Menahan Pandangan
Artinya, tidak diperbolehkan meliahat aurat, tidak diperbolehkan memandang dengan syahwat, tidak berlama-lama memandang tanpa ada keperluan, serta tidak bersentuhan kulit dengan lawan jenis. Dalam sebuah hadits menjelaskan “Tidak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Allah berfirman dalam kitabNya:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Qs. An-Nuur: 30)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. An-Nuur: 31)
Ketiga, Wajib Menutup Aurat
Aurat merupakan anggota tubuh yang tidak boleh diperlihatkan ke orang lain, yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis. Seorang muslimah harus menutupi anggota tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangan. Selain itu, pakaian yang dikenakan tidak ketat sehingga memperlihatkan lekuk tubuh, serta tidak transparan.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59)
Dari Abu Sa’id Radiallahuanhu, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat sesama laki-laki, begitu pula seorang perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan. Seorang laki-laki tidak boleh bersentuhan kulit dalam satu selimut, begitu pula seorang perempuan tidak boleh bersentuhan kulit dalam satu selimut.” (HR. Muslim)
Keempat, Tidak Melakukan Ikhtilat
Yakni berbaur antara pria dengan wanita. “Rasulullah SAW pernah keluar dari mesjid, pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita dijalan, maka beliau berkata “Mundurlah kalian (kaum wanita) bukan untuk kalian bagi tengah jalan, bagian kalian adalah pinggir jalan.” Maksudnya adalah wanita tidak boleh berjalan bersamaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Kelima, Tidak Berkhalwat
Dari Ibnu Abbas Ra, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian bersunyi-sunyi dengan perempuan lainnya kecuali disertai muhrimnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Keenam, Terapkan Dalam Diri Bahwa Rahmat Allah Lebih Menggoda
Kenikmatan duniawi memang menggoda, tapi percayalah ada hal lain yang lebih menggoda yaitu Rahmat dari Allah SWT. Jika kita dapat terus berada di jalan Allah, maka Dia pun akan memberikan nikmat yang lebih dari sekedar nikmat. Seorang wanita baik akan diberikan pasangan yang baik pula. Seorang hawa pasti ingin mendapatkan adam yang sholeh bukan? Maka pantaskan diri dan berusahalah untuk menjadi Wanita mulia dihadapan Allah, berdoa dan berikhtiarlah agar Allah memberikan apa yang Anda inginkan.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Yang terpenting adalah tetaplah berada dalam zona yang telah ditentukan Allah melalui Al-Qur’an dan Al-hadits. Jika seorang wanita dapat menjaga dan menghormati dirinya sendiri dalam lingkungan pergaulannya, maka Insya Allah tidak akan terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Cara Bergaul yang Baik Dalam Islam
Seorang mukmin dalam menjalankan kehidupannya tidak hanya menjalin hubungan dengan Allah semata (habluminallah), akan tetapi menjalin hubungan juga dengan manusia (habluminannas). Saling kasih sayang dan saling menghargai haruslah diutamakan, supaya terjalin hubungan yang harmonis. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak” dikatakan beriman salah seorang diantaramu, sehingga kamu menyayangi saudaramu, sebagaimana kamu menyayangi dirimu sendriri.” (HR. Bukhari Muslim)
Selain itu, bergaul baik dengan orang tua juga termasuk dalam ajaran Islam, Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan keluhuran budi perketi dan akhlak mulia. Dalam Al-Qur’an dan hadis, begitu banyak menjelaskan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua.
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Allah berfirman:
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
Artinya: “Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (Qs. Maryam: 14). Wallahu’alam…(R02/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI