Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Etika dalam Majelis

Bahron Ansori - Kamis, 19 Juli 2018 - 17:31 WIB

Kamis, 19 Juli 2018 - 17:31 WIB

26 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Salah satu adab bagi seorang muslim adalah adab dalam sebuah majelis. Dalam sebuah majlis, hendaklah seorang muslim bila mendatanginya, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memberi salam kepada orang-orang yang di dalam majlis di saat masuk dan keluar dari majlis tersebut.

Abu Hurairah Radhiallaahu ‘anhu telah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Bila salah seorang kamu sampai di suatu majelis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).

Kedua, hendaknya duduk di tempat yang masih tersisa. Jabir bin Samurah telah menuturkan: Adalah kami, apabila kami datang kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka masing-masing kami duduk di tempat yang masih tersedia di majlis. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Jangan sampai memindahkan orang lain dari tempat duduknya kemudian mendudukinya, akan tetapi berlapang-lapanglah di dalam majlis. Ibnu Umar Radhiallaahu ‘anhuma telah meriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Seseorang tidak boleh memindahkan orang lain dari tempat duduknya, lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah.” (Muttafaq’alaih).

Ketiga, tidak duduk di tengah-tengah halaqah (lingkaran majlis). Tidak duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin mereka. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seseorang memisah di antara dua orang  kecuali seizin keduanya” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Keempat, tidak boleh menempati tempat duduk orang lain yang keluar sementara waktu untuk suatu keperluan. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar) dari tempat duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak menempatinya.” (HR.Muslim)

Kelima, tidak berbisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga. Ibnu Mas`ud Radhiallaahu ‘anhu menuturkan : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Bila kamu tiga orang, maka dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga kalian bercampur baur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat membuatnya sedih.” (Muttafaq’alaih).

Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital

Keenam, para anggota majlis hendaknya tidak banyak tertawa. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena banyak tawa itu mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

Ketujuh, hendaknya setiap anggota majlis menjaga pembicaraan yang terjadi di dalam forum (majlis). Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang membicarakan suatu pembicaraan kemudian ia menoleh, maka itu adalah amanat.” (HR. At-Tirmidzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).

Kedelapan, anggota majlis hendaknya tidak melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perasaan orang lain, seperti menguap atau membuang ingus atau bersendawa di dalam majlis.

Tidak melakukan perbuatan memata-matai. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu mencari-cari atau memata-matai orang.” (Muttafaq’alaih).

Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!

Kesembilan, disunnatkan menutup majlis dengan do`a  Kaffaratul majlis, karena Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Siapa yang duduk di dalam suatu majlis dan di majlis itu terjadi banyak gaduh, kemudian sebelum bubar dari majlis itu ia membaca :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu; aku bersaksi bahwasanya tiada yang berhak disembah selain engkau; aku memohon ampunanmu dan aku bertobat kepada-Mu“, maka Allah mengampuni apa yang terjadi di majlis itu baginya”. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al- Albani).

Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI

Demikian beberapa adab dalam sebuah majlis, semoga kita bisa mengamalkannya dengan kesungguhan dan tidak menganggap remeh adab dalam majlis tersebut, wallahua’lam. (A/RS3/B05)

(Dari berbagai sumber)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Indonesia
Kolom
Indonesia
Indonesia
MINA Millenia
Kolom
MINA Preneur
MINA Health