Istambul, 18 Rabiul Awwal 1438/18 Desember 2016 (MINA) – Perancis mengusulkan agar para pejabat memonitor upaya-upaya evakuasi dan melaporkan perlindungan terhadap warga sipil di Aleppo, Suriah.
Sejumlah penduduk masih terperangkap di Aleppo timur dalam kondisi beku dan berbahaya, menunggu diselamatkan. Sebuah rencana evakuasi warga sipil gagal hari Jumat (17/12), tetapi laporan-laporan mengatakan, suatu kesepakatan baru telah tercapai pada Ahad (18/12) pagi.
“Kami siap memulai evakuasi warga dari Aleppo timur, diharapkan Senin (19/12) pagi,” kata Elodie Schindler, jurubicara Palang Merah Internasional (ICRC).
Mounir Hakimi, ketua Bantuan Suriah mengatakan kepada BBC hari Minggu bahwa organisasi itu telah menunggu di perbatasan Suriah-Turki untuk menerima warga sipil. “Kami sedang menunggu kesepakatan untuk memulai lagi evakuasi.”
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Berita-berita yang saya terima pagi ini menyebutkan bahwa pejanjian telah tercapai enam jam lalu dan tim sudah siap untuk bertugas,” katanya.
Kesepakatan baru
Ada keprihatinan bahwa mosi PBB tentang para observer kemungkinan ditolak oleh Rusia, sekutu Presiden Suriah dan anggota Dewan Keamanan yang memiliki hak veto. Moskow sebelumnya sudah memveto enam resolusi tentang Suriah sejak konflik di sana mulai meletus tahun 2011.
Perancis telah mengedarkan sebuah naskah draft hari Jumat yang menegaskan bahwa Dewan Keamanan “diperingatkan” oleh krisis kemanusiaan yang memburuk di Aleppo, di mana “puluhan ribu” orang berada dalam bahaya.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Setidaknya 6.000 orang meninggalkan Aleppo timur di bawah genjatan senjata Kamis lalu, tetapi operasi itu terhenti satu hari kemudian. Kota yang terkepung itu telah dikuasai pemerintah dalam beberapa pekan terakhir ini.
Hari Sabtu (17/12) sumber-sumber pemerintah dan pemberontak mengatakan, kesepakatan baru evakuasi telah tercapai, tetapi tak ada pengumuman resmi dan evakuasi belum dimulai.
Konvoi evakuasi Aleppo hanya akan dimulai lagi jika warga sipil Shiah juga diijinkan meninggalkan kota-kota pro-pemerintah Foah dan Kefraya, kata Quentin Sommerville dari BBC di Istambul.
Sekitar 50 bus telah bergerak menuju kedua kota tersebut untuk antisipasi, dan bus-bus lainnya diparkir di seberang Ramousseh di luar kota Aleppo, kata koresponden BBC tersebut.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Apa isi resolusi
Draft resolusi mememinta Sekjen PBB mengutus kembali staf kemanusiaan PBB yang sudah berada di Suriah untuk “melakukan monitoring yang netral dan akurat….serta melaporkan tentang evakuasi dari daerah-daerah kantong Aleppo dan melindungi warga sipil.”
Sekjen PBB akan melaporkan hasil monitoring itu kepada Dewan Keamanan dalam tempo lima hari, tergantung apakah pemerintah Suriah memberikan jaminan akses kepada para observer tersebut untuk masuk ke Aleppo.
Resolusi itu juga menghendaki perlindungan bagi semua dokter, rumahsakit dan ambulans, setelah ada laporan-laporan bahwa pasukan Suriah telah membombardir semua fasilitas kesehatan di Aleppo.
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB
Naskah resolusi meminta perhatian khusus tentang perlindungan bagi rumah-rumahsakit di perbatasan seperti Atmeh, Darkoush, Bab al-Hawa dan Bab al-Salamah, ke mana sejumlah warga yang dievakuasi akan dibawa.
Siapa yang masih terjebak di Aleppo timur?
Badan urusan anak-anak PBB, Unicef mengatakan, anak-anak yang sakit dan cedera berada diantara orang-orang yang dievakuasi dari Aleppo timur, beberapa dari mereka pergi dari sana tanpa orangtuanya.
“Namun, ratusan anak lainnya yang sangat rentan, termasuk yatim piatu masih terperangkap di kantong-kantong kota itu,” kata Unicef. “Kami sangat menguatirkan nasib mereka. Jika anak-anak itu tidak segera dievakuasi, mereka bisa tewas.”
Baca Juga: Anak-Anak Gaza yang Sakit Dirujuk ke Yordania
Abdulkafi al-Hamdo, seorang guru yang juga masih berada di Aleppo dengan anak bungsunya, mengatakan kepada BBC lewat telepon, dia tidak ingin meninggalkan rumah dan kota itu tetapi tidak ada pilihan lain.
“Suhu sangat dingin,” katanya. “Beberapa orang sudah ada di sini sejak pk. 09:00 kemarin (07:00 GMT hari Jumat) dan anak-anak sangat lapar sehingga mereka menangis. Mereka kedinginan. Sebagian besar dari warga sipil ini takut akan akhir genjatan senjata menjadi brutal.”
“Mereka takut tak akan bisa pergi dari Aleppo. Ini adalah perasaan dari sebagian basar orang di sini,” kata Hamdo. (R01/P2)
Sumber: BBC News
Baca Juga: Israel Bunuh Pejabat Hezbollah Mohamad Afif
Miraj Islamic News Agency/MINA
Baca Juga: Hezbollah Serang Pangkalan Utama Militer Israel di Tel Aviv