Facebook Akui Digunakan Memicu Kebencian dan Kekerasan

Trenton, MINA – Direktur Global dari Facebook Kevin Chan saat bersaksi di hadapan Komite Keadilan Kanada tentang kebencian lewat daring, mengatakan Facebook berpotensi memainkan peran dalam bom bunuh diri Minggu Paskah yang lalu di Sri Lanka.

Eksekutif raksasa media sosial itu mengungkapkan, “Sehubungan dengan tragedi di Sri Lanka, kami tahu bahwa penyalahgunaan platform kami, dapat meningkatkan ketegangan etnis dan agama, juga berkontribusi terhadap kerusakan di beberapa bagian dunia,” ujar Chen. Demikian Anadolu yang dikutip MINA, Jumat (7/6).

“Terutama di negara-negara seperti Sri Lanka, di mana banyak orang menggunakan internet untuk pertama kali, dan media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan kebencian dan memantik ketegangan.”

Ia juga mengungkapkam, ia mengetahui bahwa pada 2018 platformnya digunakan untuk memicu kekerasan dan kebencian, termasuk terhadap Muslim Rohingya di Myanmar.

Dia mengatakan bahwa Facebook belajar banyak dari kekerasan Myanmar.

Muslim Rohingya, yang digambarkan PBB sebagai orang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan sejak belasan orang tewas dalam kekerasan komunal pada 2012.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah militer negara tersebut menumpas komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

PBB juga mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan termasuk bayi dan anak-anak pemukulan brutal dan penculikan yang dilakukan oleh pasukan negara Myanmar.

Investigator PBB mengatakan kekerasan itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

“Pada 2018 komisi HAM kami meriset dampak layanan dan menemukan bahwa kami tak cukup mencegah platform kami digunakan untuk memicu kekerasan secara offline,” kata Chan.

Sebagai upaya penghentian penyalahgunaan platform, Chan mengatakan Facebook telah meningkatkan tim peninjau kontennya dan “berinvestasi dalam teknologi dan program di mana kami mengidentifikasi risiko konten dan mengambil langkah maju.” (L/R03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)