Dakwah sesungguhnya adalah warisan para Nabi dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau pernah bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Pesan ini sebuah energi bagi orang beriman untuk menyampaikan kepada: pertama orang kafir agar mereka menyembah Allah mereka membaca kitab Allah, mengikuti yang disampaikan para Nabi. yang kedua kepada orang beriman siapa orang beriman, orang yang memberikan pengakuan atau bersyahadat.
Papua atau Nuu Waar ini adalah bagian dari dakwah Nabi Muhammad, walau Beliau secara fisik tidak sampai ke sana sebab dibatasi usia dan zaman, Nabi melanjutkan ke para sahabat, sahabat melanjutkan ke ulama.
Papua bagian lahan dakwah yang harus dilanjutkan, dimakmurkan, dikuatkan, dan diterapkan dalam sistem kehidupan sampai dakwah tersiar di bumi Allah. Alhamdulilah sampai saat ini dakwah di Papua sudah menyebar ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Pasifik iru.
Dai Ustaz Fadlan Garamatan, asal Nuu Waar Papua berbagi pengalaman saat berdakwah di Papua provinsi wilayah paling timur Indonesia, kepada wartawan MINA saat ditemui dikediaman Pondok Pesantren Nuu Waar, Kabupaten Setu, Bekasi, pada Rabu (8/1). Pondok ini mempunyai santri yang umumnya berasal dari Papua
Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad
MINA: Bisa diceritakan pengalaman-pengalaman Ustaz dalam Dakwah di Papua?
Ustaz Fadlan Garamatan: Papua atau Pendok Pesantren Nuu Waar yang dirikan adalah bagian kecil dari dakwah Nabi Muhammad sebab, Nabi dibatas usia dan zaman, hingga dilanjutkan ke para sahabat dan ulama. Papua merupakan lahan dakwah yang harus dilanjutkan, dimakmurkan, dikuatkan, dan diterapkan dalam sistem kehidupan umat Islam di Papua sampai dakwah berkembang di bumi Papua. Alhamdulilah dakwah Islam sudah menyebar ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Samudera Pasifik.
MINA: Mayoritas penduduk di Papua beragama Kristen, bagaimana berdakwah di sana?
Ustaz Fadlan Garamatan: Yang dilakukan yaitu mencerdaskan saudara-saudara kita di sana. Saya kira Undang-Undang Dasar 1945 juga memberikan amanah itu. Salah satu cara mencerdaskan mereka adalah dengan memberikan pemahaman mengenal Tuhan (Allah). Ini sangat penting. Ini juga diberikan dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara, pasal 29 UUD 1945 bahkan di dalam dasar negara Pancasila, sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina
MINA: Bagaimana suka dan duka dakwah di Bumi Papua?
Ustaz Fadlan Garamatan: Papua adalah bagian dari lahan dakwah bagi santri Nuu Waar, setiap dakwah pasti ada suka dan duka. Karena kiblatnya para dai dalam menyampaikan dakwah yaitu para Nabi, suri teladan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Dalam berdakwah beliau juga banyak menghadapi berbagai rintangan seperti fitnah, cacian dan cemohan. Bukan pujian yang didapat. Tetapi cemohan dan fitnah itu justru menjadi energi dan vitamin agar dakwah makin bersemangat. Bukan makin loyo. Kapan kita tidak menghadapi itu? Kapan kita tidak menikmati itu? Dakwah pasti juga akan menghadapi hal seperti itu.
Dai tidak boleh berhenti. Dai harus terus berada di tengah-tengah kehidupan umat Islam untuk berpacu, tanpa mengeluh dan lelah.
MINA: Apa saja yang perlu dijaga dalam berdakwah?
Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham
Ustaz Fadlan Garamatan: Yang perlu dijaga kita semua ketika menghadapi persoalan-persoalan keumatan dakwah di lokasi, harus kita cerdas menghadapinya, Allah sudah mengingatkan kita dalam firman tentang dakwah.
Inilah yang perlu ditafsirkan bahwa menghadapi dakwah itu tidak boleh menyalahan orang, mengkafirkan orang, mengancam masuk neraka, justru kekafirkan mereka menjadi tugas kita untuk mengajak mereka masuk Islam.
MINA: Apa kiat agar dakwah bisa tersampaikan?
Ustaz Fadlan Garamatan: Kiat-nya yang pertama, mengedepankan akhlak seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Akhlak adalah ukuran paling terpenting dalam berdakwah di wilayah yang tidak kita kenal. Yang kedua menggunakan sarana dakwah bil hal di tengah-tengah kehidupan. Setelah mereka melihat akhlak dakwah bil hal kita, perilaku kita, jati diri kita, mereka akan bertanya. Nah kita akan memberikan jawaban yang bisa menyentuh hati mereka.
Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis
Yang ketiga, di setiap lokasi dakwah jangan melakukan janji apapun, tetapi pada diri kita boleh melakukan janji. Yang keempat, jangan menjauhkan mereka atau siapa pun dari dakwah, walaupun ada ancaman seperti fitnah, cemohan, pengusian. Justru itu untuk mendekatkan diri kita kepada mereka.
MINA: Dengan mendirikan Pondok Pesantren Nuu Waar, apa harapannya?
Ustaz Fadlan Garamatan: Nuu Waar adalah bagian kecil dari lembaga pendidikan di Indonesia, namun tujuan didirikannya mendidik dan menjaga para santri agar para santri asal Papua bisa memahami dan memiliki pengetahuan agama yang kuat, dapat meningkatan kualitas keimanan mereka. Dan saat mereka pulang nanti setelah lulus, mereka bisa melanjutkan kegiatan dakwah di bumi Papua. (W/R4/P1))
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pangeran Diponegoro: Pemimpin Karismatik yang Menginspirasi Perjuangan Nusantara