Jakarta, 27 Rabiul Akhir 1438/26 Januari 2017 (MINA) – Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon menegaskan, kekerasan kepada mahasiswa, bahkan yang hingga menyebabkan kematian, tidak boleh terjadi lagi. Menurutnya, kasus kekerasan dari senior kepada juniornya sudah terlalu kerap terjadi.
“Sudah banyak kasus-kasus kekerasan serupa yang seharusnya tidak boleh terjadi. Dulu, para senior kepada junior sering terjadi ospek, inisiasi atau semacam itu. Saya kira wajar, tapi takarannya sekarang berubah. Tidak boleh lagi dengan penyiksaan atau kekerasan fisik,” kata Fadli di ruang kerjanya, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (25/1), saat menanggapi tewasnya tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Menurutnya, dalam laman resmi DPR RI yang dikutip MINA, sebenarnya sudah ada peraturan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terkait kegiatan kampus. Seharusnya tidak terjadi lagi, dan sebelumnya sudah pernah terjadi.
“Dan mestinya tidak ada kejadian ini lagi. Dulu kan banyak kejadian seperti ini. Sekarang kadang-kadang masih ada kejadian serupa di sekolah-sekolah, khususnya yang ikatan dinas. Dulu sempat menonjol, seperti IPDN atau STIP,” ujarnya.
Baca Juga: Syaikh El-Awaisi: Menyebut-Nyebut Baitul Maqdis Sebagai Tanda Cinta Terhadap Rasulullah
Ia meminta agar kiranya ada pengawasan dari penyelenggara kegiatan itu sendiri yang harus ditingkatkan. Terutama untuk kegiatan non formal di luar kampus.
Sebagaimana diketahui, latihan pendidikan dasar Mapala Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menyebabkan tiga mahasiswa tewas. Ketiga korban tewas setelah mengikuti Diklatsar The Grand Camping (TGC) yang digelar Mapala (UII).
Tiga mahasiswa UII itu yakni Ilham Nurfadmi Listia Adi (20), Muhammad Fadli (19), dan Syaits Asyam (19), meninggal dunia setelah menggikuti kegiatan TGC di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017 lalu. (T/R09/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: AWG: Daurah Baitul Maqdis, Jadi Titik Balik Radikal untuk Perjuangan Umat Islam