Jakarta, MINA – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, menyaksikan veto yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS), terhadap rancangan resolusi menolak Yerusalem sebagai Ibukota Israel yang dilakukan Negara Paman Sam itu, semakin gamblang bahwa di PBB itu kekuatannya tidak imbang.
Menurutnya, ada kekuatan yang selalu melawan agenda masyarakat internasional, untuk menciptakan perdamaian yang sesungguhnya.
“Di sini saya selalu mengatakan, ada peluang bagi Indonesia untuk terlibat secara lebih, dalam melakukan reformasi terhadap keanggotaan PBB, khususnya Dewan Keamanan (DK),” kata Fahri lewat voicemail yang diterima wartawan, Selasa (19/12), demikian dikutip dari Parlementaria.
Fahri menyampaikan ini terkait upaya AS memveto rancangan Resolusi DK PBB yang diajukan oleh Mesir, yang menolak keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Apalagi, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengatakan rancangan resolusi tersebut merupakan “penghinaan”.
Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional
Melanjutkan pernyataannya, Fahri Hamzah mendesak agar Indonesia harus mengajukan proposal tentang negara-negara baru yang harus menjadi anggota DK PBB. Dalam hal ini, Turki dan Indonesia dapat sebagai alternatif, khususnya Indonesia karena menjadi negara muslim terbesar dunia.
Seharusnya, menurut dia lagi, klaim negara muslim terbesar di dunia ini, dapat menyebabkan masuknya Indonesia ke dalam atau menjadi anggota tetap DK PBB. Karena dengan itu, maka umat Islam akan selalu punya wakil.
“Tapi, pertanyaannya adalah apakah Indonesia siap berteriak sekeras itu. Itu yang kita harapkan,” ucap Fahri.
Indonesia, kata Fahri lagi, harus lebih berani berteriak menyuarakan ketidakadilan global, yang sekarang ini menyebabkan konflik di mana-mana di seluruh dunia. Peluang ini harus ditangkap, daripada terus melakukan diplomasi kecil-kecilan yang tidak akan merubah wajah dunia.
Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Utara Sebabkan 19 Perjalanan KRL Jakarta Kota-Priok Dibatalkan
“Lebih baik kita melakukan suatu diplomasi lompatan yang menyebabkan Indonesia punya peran yang besar dihari-hari mendatang. Itu yang saya bilang, sesuai dengan besarnya bangsa Indonesia, besarnya penduduk yang diwakilinya dan besarnya harapan dunia kepada kita,” harapnya.
Karena sekarang ini, Fahri melihat kalau Indonesia belum melakukan sesuatu yang sudah menjadi levelnya, yakni ibarat petinju Indonesia ini ada di kelas berat, tetapi jangan isu yang dihadapi isu-isu kelas ringan terus.
“Sekali-kali main-lah isu kelas berat. Kenapa Iran bisa bermain di isu kelas berat? Kenapa Qatar yang negara kecil itu bisa juga bermain dalam isu kelas berat? Kenapa kita tidak main isu kelas berat?,” ujar Pimpinan DPR Korkesra ini.
karena itu, lanjut Fahri, sebagai negara berpenduduk besar nomor empat di dunia, penduduk muslim nomor tiga di dunia, atau penduduk muslim terbesar di dunia dan penduduk negara demokrasi nomor tiga di dunia, maka selayaknya Indonesia mengambil peran-peran yang besar, dan signifikan.
Baca Juga: Banjir Rob Rendam Sejumlah Wilayah di Pesisir Jakarta Utara
“Itu yang sesungguhnya ditunggu-tunggu oleh masyarakat dunia khususnya umat Islam,” tambahnya. (R/R01/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana