Faith for Forest: Kolaborasi Umat Beragama untuk Perlindungan Hutan (Oleh: Dr. Ir. H. Hayu S. Prabowo)

Penulis sebagai salah satu pembicara pada pertemuan ini mengenai “Kolaborasi Antar Umat Beragama untuk Pelestarian Hutan (Faith for Forest)“ sebagai Ketua Dewan Penggerak “Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi” (Siaga Bumi).(Foto: Istimewa)

Oleh Dr. Ir. H. Hayu S. Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama (Lembaga PLH & SDA MUI)

Pada tanggal 11 hingga 15 Maret 2019 di Nairobi, telah diselenggarakan diskusi “Faith for Earth” ( untuk Bumi) yang diselenggarakan oleh The United Nations Environment Programme (UN Environment) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bagian dari pertemuan besar seluruh negara dunia dalam United Nations Environment Assembly ke-4 (UNEA 4).

Indonesia muncul diwakili penulis sebagai salah satu pembicara pada pertemuan ini mengenai “Kolaborasi Antar Umat Beragama untuk Pelestarian (Faith for Forest)“ sebagai Ketua Dewan Penggerak “Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi” (Siaga Bumi).

Kemunculan Indonesia di dunia internasional untuk lingkungan hidup berbasis agama dimulai dari prakarsa Prof. Dr. Din Syamsuddin selaku Ketua Dewan Pengarah Siaga Bumi. Beliau telah memprakarsai deklarasi Kolaborasi Antar Umat Beragama untuk Pelestarian Hutan (Multifaith Collaboration for Rainforest Protection) pada Jumat 26 Oktober 2018 di Taman Perdamaian komplek MPR/DPR RI.

Prakarsa kolaborasi antar umat beragama untuk Hujan di Indonesia merupakan realisasi dari pertemuan Religions for Peace International di Oslo, Norwegia, pada Juni 2018.

Pertemuan tersebut memutuskan untuk menyelenggarakan serangkaian acara peluncuran deklarasi untuk perlindungan hutan di negara-negara , khususnya yang mencakup 70% dari semua hutan tropis yang tersisa yaitu Indonesia, Brasil, Peru, Kolombia, dan Kongo. Indonesia adalah negara pertama dan saat ini satu-satunya dari lima negara yang meluncurkan deklarasi kolaborasi antar agama untuk perlindungan hutan.

Ini merupakan salah satu inisiatif yang paling inovatif dan menarik yang sedang berlangsung saat ini di lapangan. Karena untuk mengubah sudut pandang penggundulan hutan tropis (deforestasi), dibutuhkan orang-orang yang menginspirasi dengan cara baru dengan mengambil nilai-nilai inti masyarakat dan menjadikannya sebagai landasan etika dan moral untuk menjadikannya perhatian dan motifasi melakukan tindakan segera.

Organisasi Berbasis Agama (Faith-Based Organization – FBO) telah diakui sebagai pemain kunci dalam memberantas kemiskinan, meningkatkan kesehatan masyarakat, melindungi lingkungan yang mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan. Kelincahan mereka sangat penting, terutama di tingkat lokal maupun intrnasional. FBO juga merupakan lembaga yang berkelanjutan dan, dalam beberapa tahun terakhir, pembuat kebijakan telah mulai melibatkan mereka dalam konservasi lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.

Jaringan organisasi berbasis agama dan pemimpin agama melampaui batas benua dan batas politik, menjadikannya sarana yang tepat dan praktis untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Memanfaatkan kekayaan spiritual orang dan keyakinan mereka mempercepat keterlibatan orang dan dorongan organisasi untuk berkontribusi. Memobilisasi aset keuangan dan praktik lembaga pendanaan berbasis agama merespons pembiayaan pembangunan berkelanjutan.

Aktor-aktor berbasis agama muncul sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan dalam ranah isu-isu lingkungan, memobilisasi koalisi luas dan aliansi seputar isu-isu kebijakan lingkungan spesifik. Namun, hingga saat ini, masalah perlindungan hutan belum menjadi fokus bagi para pemimpin dan aktivis berbasis agama/agama.

Faith for Earth (Agama untuk Bumi)

Melalui serangkaian inisiatif dan konvensi yang diselenggarakan dalam kemitraan dengan organisasi berbasis agama, Lingkungan PBB meluncurkan Prakarsa Faith for Earth pada November 2017. Tujuan Faith for Earth adalah untuk terlibat secara strategis dengan organisasi kemitraan berbasis agama yang secara kolektif mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDG). Hal ini dianggap penting karena nilai-nilai spiritual mendorong perilaku individu untuk lebih dari 80 persen orang. Di banyak negara, kepercayaan spiritual dan agama mendefinisikan nilai-nilai budaya, inklusi sosial, keterlibatan politik dan kemakmuran ekonomi.

Faith for Earth memiliki tiga tujuan utama:

Pertama, untuk menginspirasi dan memberdayakan organisasi dan para pemimpin agama untuk mengadvokasi perlindungan lingkungan,
Kedua, untuk investasi dan aset organisasi berbasis agama yang mendukung implementasi SDGs,
Ketiga, untuk memberikan pengetahuan dan jaringan yang memungkinkan para pemimpin agama berkomunikasi secara efektif dengan para pembuat keputusan dan masyarakat.

Pertemuan Kolaborasi Umat Beragama untuk Perlindungan Hutan

Pertemuan lima hari Faith for Earth yang dilakukan pada UNEA 4 merupakan aliansi internasional, multi-agama yang bertujuan membawa urgensi moral dan sumber daya spiritual ke upaya global untuk perlindungan bumi.

Salah satu tema yang dibahas adalah mengakhiri deforestasi hutan tropis dan dengan membuat platform bagi para pemimpin dan komunitas berbasis agama untuk bekerja bahu membahu dengan masyarakat adat, pemerintah, masyarakat sipil dan bisnis pada tindakan yang melindungi hutan hujan dan melindungi mereka yang bertindak sebagai wali mereka

Hasil utama termasuk peningkatan pemahaman tentang:

  • Aliansi lintas agama dan kemitraan global ini membawa kepemimpinan moral pada upaya global untuk melindungi, memulihkan, dan mengelola hutan hujan secara berkelanjutan dan bagaimana mengakhiri deforestasi melalui kepercayaan dan etika agama.
  • Intervensi yang terkoordinasi oleh para pemimpin agama untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah dan perusahaan sektor swasta terhadap undang-undang, sasaran, dan komitmen internasional yang melindungi hutan hujan tropis.
  • Jaringan berbasis kepercayaan di negara-negara prioritas menjadi platform dinamis untuk mobilisasi lintas-sektor, kolaborasi dan kemitraan, advokasi, peningkatan kesadaran dan aksi di lapangan yang melindungi hutan hujan.

Prakarsa ini merupakan aliansi lintas-agama internasional dalam Interfaith Rainforest Initiative – IRI (Prakarsa Lintas Agama untuk Pelestarian Hutan) yang bertujuan untuk membawa kepentingan moral dan sumber daya spiritual menjadi upaya global untuk mengakhiri penggundulan hutan hujan (rain forest).

Dalam prakarsa ini ada dua komponen yang berbeda namun saling terkait.

Pertama, komponen global dengan fokus mobilisasi tingkat tinggi para pemimpin agama, pengembangan konten komunikasi strategis, intervensi dalam forum pembuatan kebijakan yang relevan, dan keseluruhan pengumpulan, pengelolaan dan kepemimpinan inisiatif sebagai landasan bersama dan kolaboratif dalam melakukan perubahan transformatif pelestarian hutan hujan.

Kemitraan ini juga akan mengeksplorasi konferensi tingkat tinggi intas agama internasional untuk mempertemukan para pemimpin agama seluruh dunia – bergabung dengan para pemimpin dari pemerintah, masyarakat sipil dan bisnis – guna menyuarakan komitmen moral yang kuat dalam hal melindungi hutan hujan dan membangun gerakan global berbasis iman untuk mengakhiri penggundulan hutan tropis.

Kedua, komponen tingkat negara yang bekerja di negara-negara hutan hujan, memberikan prioritas dalam membangun jaringan berbasis agama untuk perlindungan hutan hujan. Hal ini dilakukan melalui pelatihan bagi pemimpin agama mengenai masalah hutan hujan, sekaligus membangun kapasitas komunitas agama untuk dapat mendukung kebijakan, peraturan, dan praktik perlindungan hutan hujan, hak masyarakat adat, dan masyarakat hutan.

Interfaith Rainforest Initiative adalah aliansi lintas-agama internasional yang bertujuan untuk membawa kepentingan moral dan sumber daya spiritual ke upaya global untuk mengakhiri penggundulan hutan tropis. Ini adalah suatu landasan bagi para pemimpin dan komunitas berbasis agama untuk bekerja bahu-membahu dengan masyarakat adat, pemerintah, masyarakat sipil dan bisnis mengenai tindakan yang melindungi hutan hujan dan para pelindungnya.(AK/R01/RS3)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.