Lebanon, 10 Dzulqa’dah 1436/25 Agutus 2015 (MINA) – Pemimpin faksi Palestina di kamp pengungsi Palestina terbesar Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Ahad (23/8) bahwa mereka telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata di dalam kamp, sehari setelah bentrokan intens yang menewaskan tiga orang dan setidaknya 18 terluka .
Para pemimpin faksi mengatakan mereka membuat pertemuan untuk membahas situasi keamanan yang memburuk di kamp pengungsi Ain al-Hilweh di Lebanon Selatan.
Duta Besar Palestina untuk Lebanon, Ashraf Dabbour, dikabarkan ambil bagian dalam pertemuan tersebut.
Mereka mengecam atas upaya pembunuhan kepala keamanan kamp, Ashraf al-Armoushi, dan setuju untuk menghukum siapa saja yang mengancam stabilitas di dalam kamp.
Baca Juga: Dua Tentara Cadangan Israel Ditangkap Atas Dugaan ‘Mata-Mata Iran’
Pernyataan itu menambahkan bahwa pasukan keamanan sedang dikerahkan di seluruh kamp untuk tujuan keamanan.
Belum dapat dipastikan apakah perwakilan dari kelompok militan Jund al-Sham, yang dilaporkan berusaha melaksanakan pembunuhan itu, terlibat dalam pertemuan tersebut.
Tiga warga Palestina tewas dan sedikitnya 18 terluka dalam bentrokan yang meledak ketika kelompok militan berusaha untuk memberondong al-Armoushi ketika ia menghadiri pemakaman.
Media Lebanon melaporkan bahwa al-Armoushi tidak terluka dalam serangan itu, namun dua anggota Fatah tewas, dan melukai 18 warga Palestina dalam pertempuran senjata berikutnya.
Baca Juga: POPULER MINA] Trump Usul Relokasi Warga Gaza ke Indonesia dan Pertukaran Sandera
Kamp pengungsi Ain al-Hilweh telah mengalami meningkatnya kerusuhan dalam beberapa bulan terakhir, dengan bentrokan yang pecah pada sejumlah kesempatan.
Bulan lalu, seorang pejabat senior Fatah, Kolonel Talal al-Ourdouni, ditembak mati di kamp.
Kamp dilaporkan menjadi ladang pembibitan kelompok-kelompok ekstremis karena tingkat kemiskinan yang tinggi.
Sebagian besar warga Palestina hidup dalam kondisi kumuh di 12 kamp resmi Lebanon yang diberikan kepada pengungsi Palestina yang melarikan diri dari rumah mereka selama berdirinya negara Israel pada tahun 1948.
Baca Juga: Turkish Airlines Kembali Terbang ke Suriah setelah 11 Tahun
Tentara Lebanon belum masuk kamp, di bawah kesepakatan setelah perang saudara 1975-1990, dan faksi-faksi Palestina yang bertanggung jawab atas keamanan. (T/Nda/P4)
Mi’raj islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Yaman Bebaskan Awak Kapal Inggris setelah Gencatan Senjata di Gaza