Nairobi, Kenya, 20 Jumadil Akhir 1436/9 April 2015 (MINA) – Pihak-pihak yang berseteru di Republik Afrika Tengah (CAR) telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata di Nairobi, Kenya, dalam upaya memberikan solusi politik.
Kesepakatan yang terjadi diumumkan oleh pernyataan Istana Negara Kenya, di mana perjanjian itu ditandatangani.
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menjadi tuan rumah penandatanganan kesepakatan pada Rabu (8/4) antara pemimpin kelompok Kristen Anti-Balaka, Joachim Kokate, dan mantan presiden dan sekaligus mantan pemimpin Seleka, Michel Djotodia, Al-Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan.
Isi perjanjian termasuk kesepakatan “menghentikan permusuhan” dan “membuka bab baru stabilitas politik” dengan mengikuti peta jalan transisi.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Sebagaimana Al-Jazeera melaporkan dari Nairobi, perundingan yang diadakan di Kenya sejak November lalu telah dianggap sangat kontroversial, karena pembicaraan damai antara dua kelompok bersenjata tidak memiliki dukungan dari pemerintahan transisi di CAR.
“Presiden CAR mengatakan ia tidak mengakui pembicaraan tersebut dan tidak diakui oleh Perancis atau PBB,” tambah wartawan Al-Jazeera.
Kantor berita Reuters mengutip Menteri Komunikasi CAR Georges Adrien Poussou yang mengatakan, itu bukan kesepakatan yang nyata, itu adalah serangkaian keluhan dari dua kelompok bersenjata yang “menyandera” sebagian negara.
Perjanjian bertujuan untuk mengakhiri tahun pertempuran yang melibatkan kelompok bersenjata Seleka yang sebagian besar anggotanya Muslim dan kelompok koalisi Kristen Anti-Balaka, serta pasukan pemerintah.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Pada awal 2013, pasukan Seleka menguasai ibukota Bangui dan memaksa Presiden Francois Bozize meninggalkan negara.
Pemimpin Seleka, Djotodia, kemudian menyatakan dirinya sebagai presiden dan diakui sebagai kepala pemerintahan transisi dengan syarat mundur pada Januari 2014, di mana pertempuran antara pasukan Seleka dan anti-Balaka semakin meningkat.
Kedua belah pihak telah dituduh melakukan kekejaman massal terhadap warga sipil, di mana PBB dan kelompok-kelompok bantuan internasional mendokumentasikan penggunaan tentara anak-anak dan pembersihan etnis di daerah-daerah tertentu.
Catherine Samba-Panza terpilih sebagai presiden wanita dan kepala pemerintahan transisi pada bulan Januari 2014 menggantikan Djotodia, namun kelompok pemberontak Kristen terus melakukan kekerasan terhadap minoritas Muslim. (T/P001)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza