FAO Luncurkan Program Pemulihan untuk 70.000 Petani di Sulteng

Palu, MINA – Badan Pangan dan Pertanian PBB () telah meluncurkan program pemulihan untuk membantu lebih dari 70.000 dan nelayan   kembali menanam bahan pangan dan melaut setelah terjadinya gempa dan tsunami di bulan lalu.

Selama tiga bulan ke depan, FAO bertujuan untuk menjangkau 50.000 petani dengan benih sayuran, pupuk dan alat-alat tangan kecil, seperti sekop dan cangkul. Sebanyk 20.000 nelayan juga akan menerima peralatan peralatan untuk menangkap ikan. 

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima MINA, Selasa (6/11), FAO menargetkan keluarga petani dan nelayan di daerah yang paling terpukul oleh bencana – Donggala, Sigi, Palu dan Parigi Moutong di Provinsi Sulawesi Tengah.

FAO juga menyiapkan skema bantuan tunai untuk mendukung 4.000 ibu hamil dan ibu dengan anak di bawah lima tahun, untuk memungkinkan mereka mengakses makanan bergizi. 

“Keluarga di Sulawesi Tengah sangat bergantung pada kegiatan pertanian dan perikanan. Bagi banyak mayoritas penduduk, ini adalah satu-satunya sumber makanan dan pendapatan mereka. Dengan bencana ini mereka kehilangan mata pencaharian. Mereka kehilangan hasil panen dan sarana mereka untuk menanam atau mengakses makanan lagi – alat pertanian, benih, dan peralatan untuk menangkap ikan, ” ungkap Perwakilan FAO di Indonesia Stephen Rudgard. 

“Kami tahu bahwa banyak orang di Indonesia telah mengalami ini sebelumnya dan cukup tangguh untuk kembali bangkit. Namun, penting bahwa FAO hadir, dalam mendukung upaya Pemerintah untuk membantu masyarakat Sulawesi Tengah agar segera bangkit,” tambahnya. 

Rudgard mengatakan, melalui program bantuan ini masyarakat Indonesia dapat memulihkan produksi makanan mereka secepat mungkin dan menghindari lebih banyak kelaparan dan penderitaan di masa depan.

Sektor pertanian dan perikanan telah mengalami kerusakan parah. FAO memperkirakan tingkat kerusakan yang sebenarnya  lebih tinggi dari yang terdata. Hingga saat ini, diperkirakan bahwa hampir 10 000 hektar lahan pertanian telah rusak, dengan padi dan tanaman jagung yang paling terkena pengaruh. 

Hilangnya produksi sayuran juga diperkirakan sangat tinggi. Di Kabupaten Sigi, kerusakan pada sistem irigasi utama telah memutus pasokan air ke lebih dari 8.000 hektar lahan pertanian dan kawasan budidaya pertanian.

Selama 70 tahun, FAO telah mendukung  Indonesia dengan ratusan program untuk meningkatkan, menstabilkan dan menambah kualitas produksi dan suplai makanan.(L/R04/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)