DI BALIK sorotan kamera dunia yang kerap membungkam realita, di balik propaganda barat yang membungkus kezaliman dalam kata-kata manis “hak mempertahankan diri,” berdirilah sebuah entitas brutal: Zionis Israel. Negara yang dibangun di atas reruntuhan rumah-rumah warga Palestina, di atas darah anak-anak kecil yang tak berdosa, di atas derita jutaan jiwa yang terusir dari tanah air mereka sendiri.
Hari ini mereka tampak berjaya—senjata canggih, sekutu kuat, media dunia dalam genggaman. Tapi, apa arti kemenangan jika dibayar dengan kutukan jutaan nyawa? Apa arti kekuasaan jika berakar dari kejahatan yang terus membusuk?
Zionis Israel bukan hanya mesin pembunuh, mereka adalah lambang kekejaman yang dilegalkan. Mereka menamakan pembantaian sebagai “operasi militer.” Mereka menyebut genosida sebagai “pertahanan diri.”
Padahal dunia tahu—yang mereka hantam bukan tentara bersenjata, tapi perempuan berhijab yang menggenggam anaknya, pria tua yang sedang salat, anak-anak yang tengah bermain di halaman sekolah. Dan anehnya, dunia diam. Dunia seolah tuli dan bisu ketika pembantaian itu berseragam bintang Daud dan membawa label “Zionisme.”
Baca Juga: Cahaya Kebenaran yang Selalu Menyala
Kekuasaan yang Penuh Darah
Lihat Gaza hari ini—tanah yang telah berubah menjadi ladang kematian. Rumah-rumah hancur, masjid-masjid diratakan, rumah sakit dihantam, bahkan ambulan pun tak luput dari sasaran.
Anak-anak Palestina, yang seharusnya belajar dan bermain, justru harus pandai membedakan suara jet tempur dan roket. Mereka tumbuh dalam ketakutan, trauma, dan derita. Inikah wajah dari peradaban yang katanya modern? Inikah nilai-nilai demokrasi yang dibanggakan oleh barat? Ironis. Sangat ironis.
Zionis Israel membanggakan dirinya sebagai negara demokrasi satu-satunya di Timur Tengah. Tapi demokrasi apa yang tega membunuh bayi dalam pelukan ibunya? Demokrasi apa yang membungkam suara para jurnalis, menutup akses bantuan kemanusiaan, dan membatasi semua bentuk ekspresi yang mendukung kemerdekaan Palestina? Mereka bukan pejuang, mereka bukan pembela diri—mereka adalah penjajah haus darah yang menyelimuti kejahatannya dengan dalih “kebebasan.”
Dunia Tertipu oleh Fatamorgana
Benar, hari ini mereka terlihat menang. Mereka punya senjata nuklir, punya veto di PBB, punya jaringan media global, punya aliansi dengan negara-negara besar. Tapi semua itu hanyalah fatamorgana kekuasaan.
Baca Juga: Jalan Jama’ah: Jalan Para Nabi dan Siddiqin
Seperti orang yang kehausan di padang pasir, kekuasaan Zionis Israel tampak hebat dari kejauhan, namun kosong dan penuh ilusi dari dekat. Mereka menang karena dunia telah menjadi panggung sandiwara. Mereka menang karena kebenaran telah dipelintir oleh kepentingan politik dan ekonomi.
Namun, kemenangan semacam itu hanyalah sebatas dunia. Mereka lupa, ada kehidupan setelah mati. Mereka lupa, ada pengadilan yang tak bisa disuap. Mereka lupa, ada hisab di akhirat yang tak bisa dimanipulasi media.
Neraka Menanti Para Pembantai
Setiap peluru yang mereka tembakkan, setiap rudal yang mereka lontarkan, setiap nyawa yang mereka renggut—semuanya akan menjadi saksi di hari kiamat. Allah SWT tidak akan tinggal diam terhadap kedzaliman. Rasulullah SAW bersabda: “Takutlah terhadap doa orang yang dizalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Darah anak-anak Gaza akan bersaksi. Air mata ibu-ibu Palestina akan bersuara. Jerit kesakitan dari reruntuhan akan menggema di Mahsyar. Dan saat itulah, semua kekuasaan Zionis akan meleleh seperti lilin dibakar api neraka.
Baca Juga: Menyoal Yayasan Kemanusiaan Gaza yang Dikelola AS dan Israel
Mereka akan diseret ke dalam azab yang lebih pedih dari semua siksaan di dunia. Di sanalah mereka akan mengetahui betapa murahnya harga kekuasaan dunia dibanding siksa akhirat.
Di Mana Nurani Dunia?
Mengapa dunia diam? Di mana para pembela hak asasi manusia? Di mana para pemimpin dunia Islam yang hanya bisa mengecam tanpa aksi? Apakah nyawa rakyat Palestina terlalu murah untuk dibela? Ataukah dunia memang telah dibutakan oleh propaganda dan uang?
Setiap ledakan di Gaza adalah tamparan bagi nurani manusia. Setiap jasad yang terbujur kaku adalah teguran bagi kemanusiaan yang telah mati rasa. Dunia harus sadar: membiarkan kejahatan adalah kejahatan itu sendiri.
Mendiamkan pembantaian sama saja dengan menjadi bagian darinya. Maka siapapun yang masih punya hati, harus angkat suara. Harus bergerak. Harus melawan kezaliman ini, sekecil apa pun bentuknya.
Baca Juga: Haji, dari Ibadah Ritual menuju Transformasi Kehidupan
Zionis: Simbol Keangkuhan dan Kebinasaan
Zionisme adalah ideologi kolonial yang menyaru dalam wajah modernitas. Mereka mengklaim tanah yang bukan milik mereka, membangun negara dengan mengusir penduduk asli, lalu membungkam setiap perlawanan dengan senjata dan penjara.
Mereka angkuh, pongah, dan merasa diri sebagai ras pilihan Tuhan. Padahal yang mereka lakukan adalah kebiadaban yang bahkan tidak layak dilakukan oleh binatang.
Fir’aun pun pernah merasa hebat. Namrud pun pernah mengaku sebagai Tuhan. Tapi di akhir kisah, mereka binasa dengan hina. Dan sejarah akan mencatat, Zionis Israel tidak akan berbeda.
Mereka mungkin berjaya dalam beberapa dekade, tapi akhir mereka adalah kehancuran mutlak. Baik di dunia—ketika porak-poranda oleh perlawanan rakyat Palestina—maupun di akhirat, ketika tak ada tempat untuk lari dari keadilan Allah.
Baca Juga: Senjakala Negara Zionis Israel
Harapan dan Doa
Untuk saudara-saudara kami di Palestina, kalian bukan korban—kalian adalah pejuang. Kalian adalah simbol keteguhan, ketabahan, dan keberanian. Kalian mengajarkan dunia bahwa tidak semua manusia bisa dibeli, tidak semua kehormatan bisa dirampas. Kalian adalah bukti nyata bahwa kebenaran akan selalu memiliki pembela, meski langit runtuh sekalipun.
Dan kepada Zionis Israel, teruslah bangga dengan kekuasaan palsumu. Teruslah menari di atas darah manusia tak berdosa. Tapi ingat, keadilan Allah tidak pernah tertidur. Neraka menunggumu. Dan sejarah akan menuliskan namamu sebagai luka hitam dalam sejarah manusia—yang tak akan pernah diampuni oleh nurani, dan tak akan pernah luput dari balasan Tuhan.[]
Mi’raj News Agency (MINA)