Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fatima Hassouna, Abadikan Kejahatan Israel melalui Kamera

Ali Farkhan Tsani Editor : Widi Kusnadi - 12 jam yang lalu

12 jam yang lalu

12 Views

Penulis dan jurnalis foto Palestina Fatima Hassouna. (Quds Press)

FATIMA Hassouna, seorang jurnalis foto dan penulis, gugur dan menjadi seorang syahidah oleh serangan udara Zionis Israel yang menargetkan rumah keluarganya di lingkungan al-Tuffah, timur Kota Gaza, Rabu, 16 April 2025, waktu Subuh.

Fatima beserta 10 anggota keluarganya, termasuk wanita dan anak-anak, gugur dalam pengeboman itu.  Sumber juga mengatakan bahwa sedikitnya 13 orang keluarga lainnya terluka parah dalam serangan itu.

Sumber pers melaporkan, pesawat tempur Israel melancarkan serangan brutal terhadap rumah keluarga Hassouna di Jalan Al-Nafaq, sebelah timur Kota Gaza, yang mengakibatkan kerusakan luas dan banyaknya korban tewas dan luka-luka.

Senjata Kamera

Baca Juga: Mahmoud Khalil Aktivis Mahasiswa Palestina yang Terancam Deportasi dari AS

Fatima Hassouna adalah salah satu jurnalis lapangan paling terkemuka yang mendokumentasikan kejahatan perang dan pelanggaran pasukan Zionis Israel terhadap warga sipil sejak awal agresi Israel di Jalur Gaza.

Di akun medsosnya, ia pernah mengunggah,”Saya Fatima Hassouna, seorang fotografer dan narator dari Gaza utara, dengan gelar di bidang Multimedia. Saya bekerja dengan Untold Palestine sebagai fotografer dan narator, menangkap kisah-kisah manusia dari Gaza.”

Dia mengenalkan dirinya juga bekerja dengan Tamer Institute for Community Education sebagai fasilitator narasi. Sebelumnya dia bekerja dengan Palestine Red Crescent Society dan Mondoweiss Agency.

Foto-foto karyanya telah ditampilkan dalam pameran internasional, termasuk Gaza Habibti dan SAFE.

Baca Juga: Prof Teungku Muslim Ibrahim, Ahli Fatwa Aceh Kontemporer

Beberapa karya jurnalisiknya telah diterbitkan oleh The Guardian, dan kisahnya sebagai fotografer dari Gaza juga sudah diplublish.

Fatima, melalui lensa kameranya, ia muncul sebagai sumber kemanusiaan yang hidup, menyampaikan kepada dunia penderitaan orang-orang yang terblokade dan kelaparan di Jalur Gaza utara.

Fatima bersikeras untuk tetap berada di bawah blokade dan panasnya kelaparan, menangkap derita anak-anak dan para ibu, serta mendokumentasikan korban di balik puing-puing.

Melalui kamera yang selalu ia bawa dalam tugasnya, Fatima Hassouna menangkap kehancuran dan ketangguhan hidup yang tenang di bawah blokade. Karya-karya jurnalistiknya menggugah para pembaca media tentang serangan Israel di Gaza.

Baca Juga: Cut Nyak Dien, Pahlawan Besar dan Teladan Wanita Aceh

Foto-fotonya menceritakan kisah-kisah yang sering diabaikan dunia tentang anak-anak yang bermain di tengah puing-puing, tentang keluarga yang berduka, tentang momen-momen kegembiraan yang singkat di bawah deru pesawat tempur.

Syahidnya Para Jurnalis

Dengan meninggalnya Fatima, Gaza kehilangan suara visual yang menenteng kamera di tengah reruntuhan perang.

Namanya ditambahkan ke dalam karavan jurnalis Palestina yang membayar dengan nyawa mereka untuk menyampaikan kebenaran.

Baca Juga: Jejak Pusat Observasi Falak dan Sosok Abu Muchtar Marsai

Kemartiran Fatima Hassouna terjadi menambah jumlah menjadi 212 jurnalis yang tewas dalam perang genosida di Jalur Gaza, menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza.

Serikat Jurnalis Palestina (PJS) merilis pernyataan, mengecam pembunuhan Fatima Hassouna.

Dalam pernyataan tersebut, serikat tersebut menuduh pasukan Israel sengaja menargetkan jurnalis Palestina.

Menurut pernyataan tersebut, setidaknya 212 jurnalis Palestina, termasuk 25 jurnalis perempuan, telah tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Baca Juga: Malyoso, Lentera Semangat di Tengah Keterbatasan

Kini, Kematian Fatima telah meninggalkan luka menganga di komunitas jurnalistik dan budaya Gaza dan dunia.

Rekan-rekannya dan kenalannya menggambarkan Fatima sebagai orang yang tak kenal takut, penuh empati, dan sangat berkomitmen dalam pekerjaannya untuk menunjukkan kepada dunia seperti apa kehidupan di Gaza sebenarnya.

“Fatima adalah mata kami bagi dunia,” kata seorang rekan jurnalis.

“Ia menyuarakan mereka yang tak bersuara dan kini suaranya sendiri telah dibungkam,” ujar komentar lainnya.

Baca Juga: Abu Ibrahim Woyla; Ulama Sufi Aceh dan Sanad Keilmuannya

Fatima memperoleh pengakuan atas foto-fotonya yang kuat yang menangkap serangan Israel di Gaza dan kehidupan sehari-hari penduduknya.

Demo Solidaritas Jurnalis

Kematiannya telah memicu kesedihan yang mendalam di seluruh komunitas budaya dan jurnalis Palestina dan dunia global.  Seperti yang terjadi di Prancis, ketika para jurnalis turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi di ibu kota Paris untuk menunjukkan dukungan bagi rekan-rekan insan pers di Palestina yang diserang Israel.

Al Jazeera melaporkan, Rabu (16/4), bahwa aksi tersebut merupakan pertama kalinya organisasi media Prancis bersatu untuk membahas “pembunuhan yang disengaja terhadap jurnalis di Gaza”.

Baca Juga: Teungku Fakinah; Ulama Wanita dan Panglima Perang Aceh

“Mereka mengatakan sudah terlambat, tetapi tetap saja, ini adalah pesan yang ingin mereka sampaikan kepada masyarakat internasional tentang perlunya mengakhiri perang di Gaza dan memberikan perlindungan yang bermartabat bagi jurnalis di Gaza,” laporan menyebutkan.

Para demonstran juga menyerukan kepada Israel untuk mengizinkan organisasi media internasional masuk ke Gaza untuk melaporkan pengeboman Israel yang terus berlanjut.

Laporan sebelumnya menyebutkan, beberapa kelompok media di Prancis menandatangani surat terbuka pekan ini yang menyatakan solidaritas terhadap jurnalis Palestina di Gaza.

Selain demonstrasi di Paris, demonstrasi lain dijadwalkan akan berlangsung Rabu malam di kota pelabuhan selatan Prancis, Marseille. []

Baca Juga: Abu Muchtar Marsai Penjaga Thariqat Ilmu Falak Ibnu Al-Shatir

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Palestina
Dunia Islam
Palestina