Federasi Kristen Malaysia Protes Usulan Terjemahan Alkitab oleh DBP

Foto: Choo Choy May/Themalaymailonline

Malaysia, MINA – Federasi Umat Malaysia (CFM) pada Senin (20/11) mengecam usulan bahwa Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) dapat menyediakan ‘terjemahan resmi’ dari Alkitab dalam Bahasa Malaysia (BM).

Organisasi payung yang mewakili 90% gereja di seluruh Malaysia itu mengecam usulan yang diajukan oleh perwakilan hukum Dewan Agama Islam Selangor (Mais).

CFM menyebut langkah itu sebagai upaya lain yang melanggar hak konstitusional umat Kristen dalam mengurus urusan keagamaan mereka sendiri, Malaysia Today melaporkan, Senin (20/11).

“Kitab Suci Bible dan Alkitab dalam Bahasa Malaysia merupakan bagian dari warisan suci orang Kristen dan setiap usaha oleh siapapun yang tidak diberi kuasa oleh gereja-gereja Kristen untuk memberikan versi yang otoritatif akan ditolak dengan tegas,” ujar CFM.

“Ini bukan hanya sebuah penghinaan pada orang Kristen dan kepekaan mereka. Ini akan menjadi bentuk pelanggaran paling kejam terhadap apa yang diyakini semua orang Kristen sebagai Kitab Suci yang diilhami secara ilahi, Firman Tuhan,” kata CFM dalam sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh ketua mereka dan Uskup Agung Katolik Kuala Lumpur, Julian Leow Beng Kim.

CFM menekankan bahwa BM adalah bahasa mayoritas orang Kristen Malaysia, yang menekankan bahwa kata Arab untuk Tuhan “” telah digunakan dalam konteks Kristen secara lokal dan regional “sejak dahulu kala”.

Sebelumnya pada 2014, mantan Perdana Menteri memperkuat sikapnya dalam perselisihan penggunaan “Allah”. Ia bergabung dengan sejumlah kalangan yang bersikeras bahwa hanya umat Islam yang memiliki hak untuk menggunakan kata Arab untuk Tuhan tersebut.

Mengomentari seruan Sultan Kedah Abdul Halim Mu’adzan Shah yang ingin agar “Allah” hanya digunakan oleh orang Islam, Mahathir juga mengulangi pendirian sebelumnya bahwa orang-orang Kristen di semenanjung tidak menggunakan “Allah”.

“Saya berpandangan bahwa kata ‘Allah’ adalah hak Muslim, bukan non-Muslim,” tegasnya kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers waktu itu.

Perdana menteri terlama yang duduk di jabatan pemerintahan itu juga mengakui bahwa masalah tersebut telah ada bahkan selama pemerintahannya, namun ia menegaskan hal itu bisa diselesaikan tanpa konflik.

“Waktu itu kami menemukan solusinya, tidak ada masalah. Jadi kenapa sekarang (menjadi rumit)?” ujarnya kala itu.

Mahathir menambahkan pihak berwenang harus memastikan bahwa Alkitab berbahasa Melayu dibatasi di Sabah dan Sarawak, tidak boleh beredar di tangan orang Muslim di sana.

Ia sebelumnya mengatakan menolak klaim orang-orang Kristen atas kata Arab “Allah” untuk Tuhan tidak akan menyakiti penganut agama tesebut.

Penganut Kristen mencapai hampir 10% dari populasi Malaysia, atau sekitar 2,6 juta orang. Hampir dua per tiga di antaranya adalah Bumiputera dan sebagian besar berbasis di Sabah dan Sarawak, tempat mereka secara rutin menggunakan bahasa Malaysia dan bahasa pribumi dalam praktik keagamaan mereka, termasuk menggambarkan Tuhan sebagai “Allah” dalam doa dan kitab suci mereka. (T/R11/P1)

Miraj News Agency (MINA)

 

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.