Fenomena hijrah muslimah dalam beberapa tahun terakhir menjadi sorotan di kalangan masyarakat, khususnya di Indonesia. Banyak wanita muslimah yang mulai mengubah gaya hidup mereka, baik dari segi penampilan maupun pemahaman agama. Hijrah, yang berarti “berpindah” atau “meninggalkan sesuatu untuk kebaikan”, dipahami sebagai sebuah proses mendekatkan diri kepada ajaran Islam yang lebih komprehensif. Namun, muncul pertanyaan: apakah hijrah ini hanya sekadar tren sesaat ataukah benar-benar merupakan pilihan hidup yang dilandasi oleh kesadaran spiritual?
Secara terminologi, hijrah dalam Islam merujuk pada peristiwa berpindahnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah. Namun, dalam konteks kekinian, hijrah bermakna lebih luas, yaitu perubahan dari keadaan yang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik secara akhlak, keimanan, maupun praktik ibadah. Bagi muslimah, hijrah kerap dimulai dari perubahan penampilan, seperti mengenakan hijab syar’i, hingga merambah ke pola pikir dan aktivitas sehari-hari.
Fenomena hijrah muslimah tak bisa dilepaskan dari pengaruh perkembangan teknologi dan media sosial. Platform digital seperti Instagram, YouTube, dan TikTok kerap menjadi sarana berbagi inspirasi gaya hidup islami, pengalaman spiritual, dan konten edukasi agama. Influencer hijrah, ustazah, serta komunitas hijrah berperan besar dalam menyebarkan pesan-pesan perubahan ini. Namun, fenomena ini juga diwarnai kekhawatiran, yaitu apakah hijrah benar-benar dilandasi niat yang ikhlas atau hanya mengikuti tren yang sedang populer?
Hijrah muslimah sering kali diawali dari dorongan sosial, seperti mengikuti teman atau terpengaruh konten media sosial. Pada tahap awal, hijrah bisa tampak seperti tren. Misalnya, penggunaan pakaian syar’i yang dilabeli sebagai “modest fashion” kini menjadi gaya busana populer di kalangan muslimah muda. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak muslimah yang mulai mendalami ilmu agama secara lebih serius dan merasakan perubahan spiritual yang mendalam.
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
Motivasi utama hijrah sebenarnya adalah keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan menjalankan perintah-Nya secara lebih sempurna. Namun, setiap muslimah memiliki titik tolak yang berbeda dalam proses hijrahnya. Ada yang bermula dari kegelisahan hati, kekecewaan terhadap gaya hidup sebelumnya, atau pencarian makna hidup yang lebih hakiki. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa hijrah adalah sebuah perjalanan pribadi yang unik dan tidak bisa disamakan satu sama lain.
Hijrah bagi sebagian muslimah juga menjadi sarana untuk menemukan identitas diri yang lebih kokoh. Identitas sebagai seorang muslimah bukan hanya terlihat dari penampilan luar seperti busana syar’i, tetapi juga dari sikap, akhlak, dan cara berinteraksi dengan sesama. Identitas ini mencerminkan keyakinan yang lebih dalam dan prinsip-prinsip yang dipegang teguh. Bagi mereka yang menjalani hijrah dengan kesadaran, perubahan tersebut menjadi bagian integral dari pembentukan jati diri yang lebih baik.
Lingkungan sosial dan komunitas berperan besar dalam perjalanan hijrah seorang muslimah. Kehadiran komunitas hijrah, baik online maupun offline, seperti pengajian muslimah, kajian rutin, dan gerakan dakwah, membantu memberikan dukungan moral dan spiritual. Komunitas-komunitas ini menjadi tempat bagi para muslimah untuk berbagi pengalaman, memperkuat pemahaman agama, dan mendapatkan motivasi dalam mempertahankan komitmen hijrah mereka.
Proses hijrah bukanlah perjalanan yang mudah. Tantangan sering kali datang dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, atau bahkan tempat kerja yang belum sepenuhnya mendukung perubahan tersebut. Muslimah yang berhijrah kerap menghadapi stereotip, cibiran, dan bahkan penolakan. Selain itu, mereka juga dihadapkan pada godaan untuk kembali ke gaya hidup lama yang dianggap lebih “bebas”. Oleh karena itu, diperlukan keteguhan iman dan dukungan dari sesama muslimah yang juga berhijrah.
Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri
Media sosial memainkan peran ambivalen dalam fenomena hijrah muslimah. Di satu sisi, media sosial membantu menyebarkan inspirasi dan dakwah, memperkenalkan tokoh-tokoh hijrah yang dapat menjadi panutan, serta menyediakan akses terhadap ilmu agama. Namun, di sisi lain, media sosial juga dapat mendorong kecenderungan untuk memamerkan hijrah sebagai “tren” semata. Oleh karena itu, penting bagi para muslimah untuk menjaga niat agar hijrah tetap berlandaskan pada keikhlasan.
Hijrah tanpa pemahaman ilmu agama yang cukup dapat berisiko menimbulkan salah kaprah. Oleh sebab itu, setiap muslimah yang berhijrah perlu menambah ilmu, baik melalui kajian-kajian online, membaca buku-buku agama, maupun belajar langsung dari ustadz atau ustadzah yang berkompeten. Dengan ilmu yang mendalam, muslimah dapat membedakan antara ajaran Islam yang hakiki dengan fenomena yang hanya bersifat superfisial.
Salah satu aspek yang paling menantang dari hijrah adalah mempertahankan konsistensi. Ketika euforia hijrah mulai mereda, banyak muslimah yang merasakan penurunan semangat. Inilah mengapa penting untuk selalu memperbaharui niat, memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah, dan mencari lingkungan yang positif. Hijrah bukanlah perubahan sesaat, melainkan sebuah perjalanan seumur hidup yang membutuhkan kesabaran dan tekad kuat.
Ketika hijrah dilandasi oleh kesadaran spiritual yang mendalam, maka hijrah bukan lagi sekadar tren, tetapi sebuah pilihan hidup. Pilihan ini memengaruhi seluruh aspek kehidupan seorang muslimah, mulai dari cara berpikir, cara berpenampilan, hingga cara berinteraksi dengan orang lain. Hijrah yang demikian akan bertahan lama, meski tren hijrah itu sendiri mungkin memudar seiring waktu.
Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah
Fenomena hijrah muslimah adalah gambaran dari dinamika spiritual yang sedang berlangsung di kalangan wanita muslim modern. Meskipun banyak yang memulainya sebagai bagian dari tren, tidak sedikit yang menjadikannya sebagai pilihan hidup yang didasari oleh kesadaran penuh. Hijrah, pada akhirnya, bukan tentang apa yang tampak dari luar, tetapi tentang bagaimana seorang muslimah menginternalisasi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Semoga hijrah muslimah dapat terus menjadi gerakan yang membawa kebaikan, bukan hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat luas.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Istri Tak Bersyukur, Sebuah Renungan Berdasarkan Dalil Syariat