Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena Kegagalan Donald Trump

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 11 menit yang lalu

11 menit yang lalu

5 Views

Presiden AS Donald Trump. (Foto: Anadolu)

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَكَرُوا۟ وَمَكَرَ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلْمَـٰكِرِينَ (ال عمران [٣]: ٥٤)

Baca Juga: 7 Keutamaan Ramadhan yang Wajib Diketahui Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

“Dan mereka membuat tipu daya, tetapi Allah membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imran [3]: 54)

Dalam Tafsir Al-Munir karya Syaikh Nawawi Al-Bantani Rahimahullah, ayat ini ditafsirkan dalam konteks upaya tipu daya orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Alaihi Salam. Orang-orang Yahudi pada masa itu berusaha merancang strategi untuk mencelakakan Nabi Isa Alaihi Salam. Mereka berencana menangkap dan menyalibnya, dengan harapan dapat menghapus ajaran yang disebarkan oleh beliau.

Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas tipu daya tersebut dengan cara yang jauh lebih unggul dan penuh hikmah. Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Isa Alaihi Salam dengan mengangkatnya ke langit, kemudian menjadikan salah satu pengkhianat dari kalangan mereka sendiri (Tatyanus) menyerupai wajah Nabi Isa Alaihi Salam. Tatyanus itulah yang akhirnya ditangkap dan disalib oleh mereka.

Kata makar dalam ayat ini bermakna strategi atau rencana. Ketika digunakan dalam konteks manusia, makar sering kali memiliki konotasi negatif, seperti tipu daya, kebohongan dan konspirasi. Namun, ketika dinisbatkan kepada Allah Ta’ala, makar berarti rencana Ilahi yang bijaksana dan penuh hikmah untuk menggagalkan kejahatan manusia.

Baca Juga: Kemunculan Dajjal: Fakta, Fitnah, dan Cara Menghadapinya

Syaikh Nawawi menekankan bahwa Allah adalah خَيْرُ ٱلْمَـٰكِرِينَ  (sebaik-baik pembalas tipu daya), yang artinya segala rencana Allah Ta’ala memiliki tujuan mulia dan mengandung kebaikan yang besar.

Ayat di ataas menjadi peringatan bagi siapa saja yang berusaha menentang kehendak Allah Ta’ala, karena pada akhirnya, rencana-Nya lah yang akan menang karena kuasa Allah Ta’ala melampaui semua tipu daya manusia.

Jika melihat konteks keumuman lafadznya, beberapa ulama menyatakan ayat di atas berlaku dalam konteks segala zaman, baik zaman dahulu, saat ini, maupun masa yang akan datang.

Rencana Penguasaan atas Gaza

Baca Juga: Pahala Dahsyat Menyantuni Janda dan Orang Miskin, Jangan Lewatkan!

Saat ini, Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump menyatakan keinginannya untuk menguasai berbagai wilayah di sekitarnya, termasuk rencana menguasai Gaza, Palestina.

Selama masa pemerintahan sebelumnya (2016-2020), Donald Trump menjadi tokoh kontroversial, terutama dalam konflik Timur Tengah. Saat ini, ketika ia kembali menjabat sebagai presiden AS, kelakuan buruknya tidak berubah.

Donald Trump, selama masa kepemimpinannya mendorong apa yang disebut “Deal of the Century”, yaitu sebuah rencana jahat untuk Timur Tengah yang jelas berpihak pada Zionis Israel dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.

Mayoritas masyarakat dunia, terutama dunia Islam memandang rencana itu sebagai bentuk lain dari “makar” untuk menguasai wilayah Palestina, termasuk Gaza. Makar tersebut akhirnya gagal karena ditolak di Konferensi Bahrain, sebagaiama dikutip oleh The Guardian (27/6/2024).

Baca Juga: Ribath Terbaik Ada di Asqalan

Setelah dilantik sebagai presiden AS yang kedua kali pada 20 Januari 2025 lalu, Trump mengemukakan sebuah rencana yang paling kontroversial dan dikecam banyak kalangan adalah upayanya yang ingin menguasai Gaza dengan cara mengusir paksa warganya. Wakil Presiden Eksekutif Lembaga think tank Center for International Policy, Mathhew Duss, memandang usulan Trump hanyalah berdasarkan kepentingan ekonomi belaka.

“Trump melihat hampir semua hal sebagai peluang untuk mendapatkan uang,” kata Duss, seperti dikutip Al Jazeera.

Gaza sebuah wilayah kecil namun strategis di Palestina. Ia merupakan wilayah yang menjadi pusat perlawanan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel. Para pejuang Palestina di Gaza berjuang dengan gigih mempertahankan wilayahnya dari segala macam agresi dan tindakan genosida.

Gaza terletak di jalur strategis yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa. Menguasai Gaza berarti memperkuat kontrol atas jalur perdagangan internasional dan memastikan keamanan bagi sekutu Amerika Serikat di wilayah tersebut, yaitu Zionis Israel.

Baca Juga: Mengapa Setiap Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin Selalu Mengusung Tema Al-Aqsa dan Palestina? Ini Jawabannya

Rencana Donald Trump untuk menghancurkan Gaza dan mengusir penduduknya mencerminkan bentuk kezaliman besar yang tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga melanggar HAM, melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.

Memang, bantuan finansial dan militer dari AS ke Israel sudah berlangsung selama beberapa dekade, bahkan sejak sejak negara Zionis itu berdiri di tanah bangsa Palestina pada 1948 silam. Namun, apakah dukungan tersebut benar-benar memberikan keuntungan bagi AS? Atau justru menyeret negara itu ke dalam lingkaran kegagalan yang terus berulang?

Kritik terhadap rencana Trump itu tidak hanya dari luar AS, namun juga dari dalam negeri Amerika sendiri. Banyak kalangan, terutama kaum politisi dan akademisi mempertanyakan motif dan tujuan “rencana kontroversial” itu.

Mereka melihat bahwa upaya menguasai Gaza tidak hanya gagal menciptakan perdamaian, tetapi bahkan menciptakan lebih banyak penderitaan dan ketidakstabilan di wilayah tersebut, serta menimbulkan bencana bagi Amerika sendiri.

Baca Juga: Wartawan dan Penerus Cita-Cita Penggerak Kemerdekaan

Senator Lindsey Graham dari Partai Republik menyatakan bahwa sebagian besar warga Carolina Selatan mungkin tidak akan mendukung rencana Donald Trump untuk mengambil alih Gaza, Sementara Senator Rand Paul juga mengkritik rencana itu dengan menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki kepentingan untuk terlibat dalam pendudukan lain yang dapat mengorbankan harta dan nyawa tentara Amerika sendiri.

Selain itu, Richard Haass, presiden emeritus dari lembaga think tank Council on Foreign Relations, memperingatkan bahwa apa yang lakukan oleh Presiden Trump untuk Gaza tidak akan menyelesaikan masalah Palestina di Gaza, tetapi akan memicu krisis di Yordania, Mesir, Tepi Barat dan wilayah sekitarnya. Ia juga menambahkan bahwa rencana tersebut dapat menjebak Amerika Serikat di Timur Tengah, padahal seharusnya AS fokus pada isu domestik dan Indo-Pasifik.

Kritik-kritik dari para politisi dan akademisi tersebut mencerminkan kekhawatiran mereka bahwa rencana tersebut tidak hanya membawa dampak negatif bagi Kawasan, tetapi juga dapat menimbulkan kerugian besar bagi AS sendiri.

Pemerintah Trump akan semakin kehilangan dukungan di kalangan rakyat AS sendiri. Sementara dunia internasional akan menertawakan kebijakan itu. Masyarakat internasional saat ini mereka sudah tidak lagi percaya pada propaganda Zionis Israel dan cenderung mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Baca Juga: Hari Pers Nasional, Peran Wartawan dalam Kemerdekaan dan Tantangan Era Modern

Kegagalan AS di Negara-negara lain

Amerika Serikat, meskipun memiliki teknologi militer yang canggih, namun faktanya mereka banyak mengalami kegagalan dalam misinya di beberapa negara. Sejarah mencatat beberapa kegagalan strategis AS di berbagai negara, seperti di Vietnam, Afghanistan dan lainnya.

Perang Vietnam (1955-1973) yang melibatkan kekuatan penuh AS adalah salah satu bukti kegagalan terbesar dalam sejarah militer Amerika. Meskipun memiliki keunggulan teknologi dan sumber daya yang jauh lebih besar, Amerika gagal menundukkan Vietnam Utara.

Sementara di tempat lain, Amerika Serikat menghabiskan hampir dua dekade di Afghanistan (2001-2021) dengan tujuan menggulingkan Taliban dan membangun negara yang stabil dan demokratis. Namun, pada akhirnya, Taliban kembali berkuasa setelah penarikan pasukan Amerika pada tahun 2021 lalu.

Baca Juga: Bulan Sya’ban Bulannya Para Pembaca Al-Quran

Perang yang dikobarkan di Irak, Suriah, Lybia dan negara-negara lainnya juga menemui kegagalan, meski AS sudah mengeluarkan dana milaran dolar untuk membiayainya.

Intervensi militer yang mahal dan berkepanjangan menunjukkan bahwa kekuatan militer tidak selalu menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan politik. Perang tidak hanya menyebabkan kerugian besar dalam hal nyawa dan sumber daya, tetapi juga merusak reputasi Amerika di dunia internasional.

Seperti di Afghanistan dan Vietnam dan negara-negara lainnya, kekuatan militer Zionis Israel yang didukung penuh AS di Gaza tidak serta-merta memberikan hasil nyata. Meski Israel mampu memuluhlantakkan hampir seluruh bangunan di wilayah Gaza, tetapi hingga saat ini, mereka tidak mampu menguasainya.

Netanyahu berulang kali mengatakan, perang di Gaza bertujuan untuk menghancurkan Hamas, mengembalikan semua sandera Israel dan menguasai penuh Jalur Gaza

Baca Juga: Trump, Sudahlah!  

Namun, ketiga tujuan itu gagal total. Pejuang Hamas masih eksis, sandera belum semua dibebaskan, dan pasukan Israel justru ditarik mundur dari Gaza. Ketiga tujuan itu semua tidak terwujud.

Nasihat untuk Para Pemimpin Muslim

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (ال عمران [٣]: ١٠٣)

Baca Juga: Ini Adab Bertamu yang Benar Menurut Ajaran Islam

 “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imron [3]: 103)

Ayat ini memerintahkan orang-orang beriman agar berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunah seraya berjamaah. Ayat ini juga melarang orang-orang Mukmin melakukan hal-hal yang dapat menjerumuskan diri mereka ke dalam perselisihan, perpecahan, pertikaian dan permusuhan.

Dengan pola hidup berjamaah, terpimpin dalam satu kesatuan, kaum Muslimin akan dapat merasakan nikmat bersaudara. Dengan persaudaraan yang kuat, kaum Muslimin akan mampu menolong yang lemah, tertindas dan teraniaya, menegakkan keadilan, menciptakan perdamaian dan membebaskan manusia dari perbudakan dan penjajahan.

Al-Jamaah merupakan jalan keluar yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam menghadapi berbagai masalah dalam masyarakat. Ketika beliau ditanya oleh sahabat Khudzaifah bin Yaman Radhiallahu anhu tentang apa yang harus dilakukan umat Islam jika menghadapi berbagai fitnah dan ujian, beliau bersabda:

…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ ….(رواه البخارى ومسلم)

“…,Tetaplah kamu dalam Jama’ah Muslimin dan imam mereka,…” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Kehidupan berjamaah merupakan syariat Islam yang fundamental, tidak bisa dipisahkan dengan syariat lainnya. Hidup berjama’ah merupakan prinsip yang agung lagi mulia. Karena itu, siapa yang berharap rahmat, kasih sayang, dan pertolongan dari Allah Ta’ala, hendaknya ia berada dalam Al-jama’ah.

Imam Al-Ghazali Rahimahullah memberikan nasihat yang relevan dalam menghadapi situasi seperti umat yang terpecah belah, tidak disegani musuh, dan kehilangan kehormatan. Dalam kitabnya, Ihya’ Ulumid Din, beliau menekankan pentingnya pembenahan diri, kembali kepada ajaran Islam yang hakiki, dan persatuan umat.

Al-Ghazali menegaskan bahwa penyebab utama kemunduran dan kelemahan umat adalah karena mereka jauh dari Al-Qur’an dan Sunnah, bukan karena kuatnya musuh. Beliau menyeru agar umat Islam menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup, baik dalam urusan pribadi maupun masyarakat. Dengan mengikuti petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, umat dapat bersatu kembali dan meraih kemuliaannya.

Sejarah telah menunjukkan bahwa ketika umat Islam berjama’ah, mereka mampu menghadapi berbagai tantangan. Sebaliknya, perpecahan dan konflik internal hanya melemahkan umat Islam dan membuat musuh-musuh Islam tidak lagi gentar.

Rencana Donald Trump untuk mengambil alih dan menguasai Gaza merupakan ancaman nyata bagi umat Islam. Hal itu seharusnya menjadi “alarm” bagi umat Islam di seluruh dunia. Ancaman itu dapat dicegah jika umat Islam bersatu dalam satu barisan, satu kepemimpinan.

Para pemimpin Muslim harus melihat ancaman itu sebagai tanggung jawab bersama dan bekerja sama untuk melindungi hak-hak umat Islam di Gaza dan wilayah lainnya.

Maka, Dunia Islam harus bersatu untuk membela rakyat Palestina dan melindungi hak-hak mereka. Dengan kesatuan itu, Dunia Islam akan disegani lawan-lawannya, termasuk oleh Donald Trump yang selama ini terus mendukung kejahatan Zionis Israel.

Ancaman terhadap umat Islam, seperti rencana penguasaan Gaza, hanya bisa dihadapi dengan kekuatan persatuan dan kerja sama di antara negara-negara Muslim.

Semoga para pemimpin Muslim dapat mengambil pelajaran dari fenomena kebijakan kontroversial Trump. Para pemimpin Muslim mampu kembali kepada Al-Qur’an, sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam sehingga mampu membawa umat menuju kejayaan, dalam ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. []

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom