Gaza, 14 Dzulqa’dah 1435/10 September 2014 (MINA) – Front Popular for The Liberation of Palestine (FPLP) salah satu faksi perlawanan di Palestina menyatakan keprihatinan yang mendalam terhadap fenomena migrasi dan pelarian kaum muda dari Jalur Gaza yang santer dikabarkan, karena kerasnya hidup di dalam pengepungan dan serangan Israel yang hingga kini masih terjadi.
Kaum muda Gaza bermigrasi dalam jumlah yang cukup besar dan terorganisir serta bertujuan untuk memindahkan anak-anak sehingga melemahkan keteguhan rakyat Palestina dalam melawan penjajahan, lapor koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gaza, Rabu (10/9).
“Terlepas dari penyebab atau motif dari migrasi tersebut, perlu tindakan yang cepat dan medesak dari pihak berwenang, partai politik, dan lembaga-lembaga lainnya untuk menghentikan fenomena ini,” kata FPLP dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.
Kelompok itu juga menyerukan semua faksi di Palestina untuk melakukan pertemuan darurat dengan pihak keamanan dalam upaya menangkal fenomena ini.
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya
“Dan mencari solusi praktis, cepat untuk menanggapi fenomena ini serta segera menghentikannya agar tidak terus menerus terjadi di masyarakat,” tambah pernyataan itu.
Jika migrasi terjadi, kemunkinan Israel untuk menyerang dan menduduki Gaza akan lebih mudah.
Menurut FPLP, beberapa kebijakan pemerintah menjadikan pemuda menjadi terpinggirkan, sehingga mereka lebih mementingkan kebutuhan hidup mereka yang mendesak, namun menutup prospek masa depan mereka selama bertahun-tahun lamanya.
Tidak dapat dipungkiri, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan tingkat pengangguran di Jalur Gaza mencapai 45,2 persen pada akhir 2010. Menurut laporan yang dikeluarkan UNRWA hari ini, Selasa 14 Juni 2011, angka ini merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Angka ini bertambah pada 2014, di mana pengangguran mencapai 50% menyusul pengetatan blokade Israel dan Mesir terhadap Gaza.
Baca Juga: Hujan Deras Rusak Tenda-Tenda Pengungsi di Gaza
Menurut sumber-sumber di Gaza, selama terjadinya agresi terbaru militer Israel ke Gaza selama 51 hari, ribuan pemuda melakukan migrasi ilegal ke luar Gaza menuju Eropa. Mereka ke luar melalui jalur-jalur terowongan menuju pelabuhan Alexandria di Mesir kemudian ke Eropa dengan menggunakan kapal laut.
Dengan membayar ribuan dolar mereka bisa mencapai daratan Eropa, seperti Italia, Jerman, dan lainya serta membawa harapan bisa mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak di sana, lapor koresponden MINA.
Kampanye terus menerus Israel
Sementara itu, Israel terus berkampanye kepada Yahudi di seluruh dunia untuk “pulang” ke tanahnya di Palestina.
Baca Juga: Abu Obaida: Sandera Perempuan di Gaza Tewas oleh Serangan Israel
Salah satunya, kampanye melalui iklan televisi dan baliho di Amerika Serikat yang dilakukan Kementerian Absorpsi dan Imigrasi Israel membuat kaum Yahudi negeri itu marah. Kampanye memperingatkan para ekspatriat asal Israel bahwa jika mereka terus tinggal di Amerika Serikat, mereka atau anak-anak mereka cenderung menjadi berasimilasi.
Di kota-kota besar AS seperti New York, Los Angeles, dan Palo Alto kampanye dimuat dalam bentuk baliho bertuliskan, “Sebelum Hanukkah berubah menjadi Natal, saatnya untuk kembali ke Israel,” dan “Sebelum Abba (ayah) berubah menjadi daddy, saatnya untuk kembali ke Israel.”
Kementerian kemudian memposting di situs video dan situs-situs lain dengan pesan yang sama. Salah satunya menunjukkan kakek-nenek Israel berbicara dengan cucu dan anaknya via Skype di Amerika Serikat. Ketika nenek gadis itu bertanya apakah dia tahu apa liburan itu, dan sang cucu menjawab “Natal!”
Aktivis Yahudi dan beberapa kaum Yahudi non ekspatrat serta umat Kristiani di AS telah mengeluh ke konsulat Israel di New York, Los Angeles, dan San Francisco. Untuk satu hal, mereka mengatakan, kampanye bisa dilihat sebagai merendahkan Natal.(L/K01/R04/R11)
Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)