Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Film “Aku, Kamu Adalah Kita” Cerminkan Islam yang Toleran

Hasanatun Aliyah - Kamis, 6 Juli 2017 - 07:29 WIB

Kamis, 6 Juli 2017 - 07:29 WIB

283 Views

Film "Aku, Kamu Adalah Kita"

Film “Aku, Kamu Adalah Kita”

Jakarta, 12 Syawwal 1438/ 6 Juli 2017 (MINA) – Menanggapi film kontroversial “Kau Adalah Aku yang Lain” garapan Anto Galon yang meraih penghargaan Police Movie Award 2017, Sineas Muslim membuat bantahan dengan film berjudul  “Aku, Kamu Adalah Kita”.

Film “Aku, Kamu Adalah Kita” yang berdurasi 7.33 menit dibuat oleh Ahmad Zaki bertujuan untuk meluruskan bahwa umat Islam di Indonesia penuh dengan semangat toleransi.

“Film ini adalah pelurusan film sebelumnya bahwa kita tuh enggak gitu. Umat Islam enggak gitu,” ujar Zaki dalam siaran persnya pada Rabu (5/7).

Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK

Zaki menjelaskan, film tersebut di-launching pada Rabu (5/7) lewat akun Facebook-nya dibuat dengan biaya sendiri, meski sepenuhnya menggunakan pemain amatir, film tersebut diupayakan berkualitas profesional. Namun, ia tidak menyebutkan berapa nilai produksi film ini, hanya mengatakan dibuat dengan anggaran profesional.

“Ada empat pemain utama, 16 pemain pendukung, dan banyak talent. Untuk budget tulis saja pro,” jelasnya.

Shooting film dilakukan di beberapa lokasi di Jakarta pada Ahad (02/07).

Menurutnya, produksi film tersebut hanya dilakukan dalam satu hari, meski baru pertama kali bertemu, tim pembuatan film adalah orang-orang yang merespon idenya untuk membuat film pendek di Facebook.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal

“Kita semua digerakkan sama Allah untuk melakukan ini,” ujarnya.

Ia menambahkan, jalan cerita film memang mengadopsi dari film KAAYL, meski demikian, ada beberapa materi yang coba diluruskan.

Contohnya tokoh Si Mbah yang menolak keras adanya ambulans lewat karena di dalamnya ada pasien beragama non-Islam. Di dalam film garapan Zaky, tokoh ini diubah menjadi seorang jawara yang sedang menjaga pengajian di jalanan. Alih-alih menolak, jawara ini hanya bertanya tentang ambulans tersebut dan mempersilakan mereka untuk lewat.

Film ini juga meluruskan tentang prosedur untuk pasien gawat darurat yang hendak masuk rumah sakit. Meski di dalam film tersebut digambarkan seorang anak yang sudah dalam kondisi kritis untuk mengambil antrean di dalam rumah sakit, pada akhirnya ada suster yang menjelaskan tentang prosedur penanganan gawat darurat di rumah sakit.

Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri

Perawat di dalam film itu pun coba menjelaskan jika seorang pasien gawat darurat tidak perlu masuk dalam antrean. Dia cukup masuk ke dalam ruang Unit Gawat Darurat (UGD) dan akan mendapatkan layanan dari rumah sakit tanpa mengantri.

Menurut Zaky, prosedur sebenarnya tentang penanganan pasien gawat darurat penting untuk diketahui publik. Adanya informasi yang salah bahwa pasien kritis masuk ke dalam antrean reguler, berbahaya bagi pasien itu sendiri.

“Saya ini aktivis sosial yang biasa mendampingi pasien. Saya sangat berkepentingan untuk itu,”jelas Zaky. (T/R10/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Update Bencana Sukabumi:  Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian

 

 

Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia