oleh : Sri Astuti, MINA
Film dokumenter The Lockdown : One Month in Wuhan menggambarkan bagaimana keadaan infrastruktur, aspek sosial, ekonomi dan konteks lokal di Provinsi Hubai, Wuhan, tempat Pandemic COVID-19 pertama kali menyebar.
Film berdurasi 33:14 menit yang dirilis pada akhir Februari lalu itu kini telah ditonton 12 juta kali di kanal YouTube CGTN.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Film garapan Ge Yunfei itu juga didedikasikan untuk para tim medis sebagai orang-orang yang berada di barisan terdepan, para pekerja yang membangun Rumah Sakit Houshenshan, yang dibangun khusus untuk pasien COVID-19, para relawan dan semua orang yang telah berjuang dengan lelah melawan COVID-19, usaha mereka dalam menjaga keselamatan manusia dari virus itu akan selalu dikenang.
The Lockdown: One Month in Wuhan menceritakan kejadian sebenarnya yang menggambarkan kekuatan dari etos kerja keras, kemauan bekerja sama untuk kemanusiaan serta harapan yang sangat besar.
Pada pertengahan Januari, pihak berwenang Cina memperkenalkan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengendalikan virus, menghentikan pergerakan masuk dan keluar dari Wuhan, pusat epidemi, dan 15 kota lain di provinsi Hubei, rumah bagi lebih dari 60 juta orang. Penerbangan dan kereta ditunda, dan jalan diblokir.
Segera setelah itu, orang-orang di banyak kota Cina diminta tinggal di rumah dan pergi hanya untuk mendapatkan makanan atau bantuan medis.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Sekitar 760 juta orang, kira-kira setengah dari populasi negara itu, dikurung di rumah mereka, menurut The New York Times. Pertanyaan tentang kebijakan tersebut bertahan selama beberapa pekan.
Namun hampir dua bulan kemudian, keputusan itu tampaknya terbukti benar. Cina yang sebelumnya melaporkan ribuan kasus baru COVID-19 setiap harinya, pada Kamis (19/3) telah melaporkan hari pertamanya tanpa kasus baru domestik.
Negara-negara dengan wabah mereka yang tumbuh secara eksponensial kemudian memberlakukan tindakan serupa, dari Italia dan Spanyol hingga Jerman dan California, meskipun tidak ada yang seketat Wuhan.
Dikutip dari The Guardian, Chen Xi, seorang Asisten Profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Yale, mengatakan bahwa meskipun ia yakin Cina berhasil mengatasi virus itu, tidak semua metode yang diadopsi diperlukan.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
“Saya tidak berpikir penguncian besar-besaran sejauh ini perlu dan layak. Hubei mengambil strategi penguncian karena mereka ditutup begitu lama sehingga skala krisis berada di luar kapasitas mereka,” katanya.
Adapun langkah-langkah sukses yang bisa diikuti oleh negara lain menurutnya adalah strategi mitigasi seperti jarak sosial, diagnosis dini, isolasi awal, dan perawatan dini, untuk dipertimbangkan dengan serius oleh negara lain, jadi negara lain dapat meniru bagaimana etos kerjanya bukan pada Lockdown-nya, untuk memutus rantai Penyebaran COVID-19. (A/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah